KONSULTASI HUB.mbahkahono@gmail.com

Pemakaman Korban Wedus Gembel

Tugas Mas Penewu Suraksohargo atau lebih dikenal Mbah Maridjan sebagai penjaga setia Gunung Merapi sudah berakhir. Lelaki sepuh itu memilih beristirahat panjang di kaki Merapi yang seluruh hidupnya diabdikan menjaga gunung tersebut.
 Kamis (28/10) pagi, Mbah Maridjan dimakamkan di pemakaman keluarga di Srumen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Lokasi pemakaman hanya berjarak sekitar 4 kilometer dari kediaman Mbah Maridjan atau 7 kilometer dari puncak Merapi.
 “Simbah dimakamkan di makam keluarga karena mbahnya ada di sana. Dari makam Sidorejo hanya dibatasi Sungai Gendol,” tutur Agus salah satu cucu almarhum.
 Makam Mbah Maridjan dekat dengan kampungnya Kinahrejo - kampung asri yang berubah jadi padang tandus pasca diterjang awan dan abu Merapi. “Kira-kira hanya 5 kilometer dari kampungnya,” tambahnya.
 Sejumlah orang penting hadir dalam pemakaman abdi dalem Kraton Yogyakarta itu.
Sejumlah karangan bunga dari tokoh-tokoh politik terlihat seperti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta. Almarhum Mbah Maridjan juga mendapat kehormatan terakhir dengan disemayamkan di kampus Universitas Islam Indonesia. Pemakaman Mbah Maridjan juga diliput sejumlah media asing seperti CNN dan Reuters.
 Hingga kemarin, total korban tewas akibat semburan awan panas Merapi mencapai 31 orang. Sebagian besar korban tewas telah dikuburkan secara massal, di Sidorejo, Umbulharjo, Cangkringan.
Ponirah, istri Mbah Maridjan mengaku ikhlas dengan kepergian lelaki yang puluhan tahun mendampinginya.
 “Sampun dipendhet, kulo ikhlas..ikhlas..ikhlas (sudah diambil, saya ikhlas..ikhlas.. ikhlas”),” tutur wanita itu.
 Gelombang awan panas yang menyembur dari perut Merapi merenggut nyawa Mbah Maridjan pada Selasa (26/10) petang. Mantan penasihat Presiden Soekarno itu ditemukan tewas di rumahnya di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, bersama 15 korban lainnya.
 Tubuh kuncen Merapi itu baru ditemukan, Rabu (27/10) pagi, setelah tim evakuasi pascagelombang panas menyapu Dusun Kinahrejo. Mbah Maridjan ditemukan sudah tidak bernyawa tengah melaksanakan salat dalam posisi sujud.
 Awan Panas Beberapa jam setelah prosesi pemakaman Mbah Maridjan, Merapi kembali menunjukkan aktivitasnya. Sekitar pukul 16.16 WIB, Merapi kembali meluncurkan awan panas atau wedhus gembel dengan ketinggian 3,5 kilometer.
 Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, menjelaskan, awan panas Merapi kali ini mengarah ke selatan. Surono belum bisa memastikan adanya korban akibat gelombang awan panas yang kembali disemburkan merapi. “Saya masih belum menerima laporan,” cetusnya.
 Ribuan pengungsi diperintahkan untuk tetap bertahan di barak-barak pengungsian Umbuhardjo. Tim evakuasi terdiri dari relawan, tim SAR, dan TNI mengumpulkan ratusan ternak warga yang mati akibat semburan awan panas Gunung Merapi di sejumlah dusun sekitar lereng. Namun evakuasi ternak terhenti karena Merapi kembali mengeluarkan erupsi kecil. “Masih batuk-batuk (Gunung Merapi). Tim evakuasi di Kaliadem untuk evakuasi ternak berhenti dulu,” kata Wakil Bupati Sleman, Yuni Satya Rahayu.
 Hingga pukul 17.30 WIB, lahar Gunung Merapi sudah turun hingga 3 kilometer. “Ya laharnya sudah turun 3 Km. Kaliadem sudah kosong. Dusun yang lain tadinya juga sudah dikosongkan,” ujarnya.
 Diguncang Gempa  Menjelang pemakaman para korban awan panas Merapi, bumi Yogyakarta kembali bergetar. Sebuah gempa berkekuatan 4,0 skala Richter mengguncang Yogya sekitar pukul 08.39 WIB. Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kekuatan gempa tidak terlalu besar.
 Pusat gempa berada di 8.02 Lintang Selatan dan 110.49 Bujur Timur tepatnya 13 kilometer Barat Daya Wonosari-DIY dengan kedalaman 10 kilometer.
 Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meminta warga mengikuti arahan pemerintah bila menghadapi bencana alam. Meninggalnya relawan PMI Bantul, Tutur Prijono menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat saat mengalami situasi bencana.
 Mantan Wapres itu menilai Tutur merupakan relawan hebat dan mempunyai naluri kemanusian tinggi. Sebenarnya, sebut Kalla, Tutur saat itu sudah berada di tempat yang aman, namun dia mendengar ada sekitar 15 warga masih bertahan di rumah di wilayah rawan terkena awan panas.
 “Ketika mendengar masih ada warga bertahan, dia kembali lagi ke atas. Tapi, gunung keburu memuntahkan awan panas. Tutur pun terperangkap dan dinyatakan meninggal dunia,” ungkap Kalla.
 Pengganti Hingga kini Kraton Yogyakarta belum memikirkan siapa pengganti Mbah Maridjan untuk menjadi juru kunci. Sebelumnya, Sultan Hameng Kubuwono mengaku masih memfokuskan penanganam para pengungsi dari bencana letusan Gunung Merapi.
 Asih, putra tertua Mbah Maridjan hanya tersenyum ketika ditanya apakah siap jika dirinya diminta Sultan menggantikan posisi ayahnya menjadi juru kunci.
“Saya tidak mau jawab itu. Semua bergantung keputusan Sultan,” ujarnya senyum.
 Dia mengaku bangga terhadap bapaknya yang sepanjang hidupnya diabdikan menjaga Merapi. “Saya bangga, bapak meninggal dalam menjalankan tugasnya sebagai juru kunci Merapi,” tutur Asih. (tribunnews/xna/wjn/fer)
sumber " http://www.sripoku.com/view/50757/wedhus_gembel_menyembur_35_km