KONSULTASI HUB.mbahkahono@gmail.com

Misteri Bulan Suro

Dalam sejarah Islam, Muharam memiliki tradisi panjang sebagai sebagai salah satu bulan suci. Ada banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan ini, di antaranya: Dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, pemindahan arah kiblat dari Jerussalem ke Mekah pada 16 Muharam, dan terbunuhnya cucu kesayangan Rasulullah, Imam Husein bin Ali di Karbala pada tahun 81 H/680 M.

Kasus terakhir ini menimbulkan duka mendalam bagi penganut Syiah. Terbunuhnya Imam Husein oleh pasukan Yazid bin Muawiyyah pada bulan Muharam, melahirkan sebuah kepercayaan baru dikalangan Syiah, yang menganggap Muharam sebagai bulan kesedihan dan bulan sial. Dalam perkembangan selanjutnya, penganut Syiah menciptakan ritual-ritual khusus untuk memperingati tragedi Karbala, berupa majelis-majelis ratapan yang berpuncak pada 10 Muharam (10 Asyura), tepat di hari wafatnya Imam Husein. Entah mengapa keyakinan seperti ini kemudian berimbas pula pada sebagian penganut Sunni termasuk di Indonesia yang menganggap bulan Muharam adalah bulan keramat yang sekaligus bulan kesialan, sehingga banyak melahirkan praktik-praktik khurafat dan bid'ah.

Padahal, menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa pada mulanya Rasulullah saw mempercayai keterangan orang Yahudi bahwa hari Asyura (dalam tradisi Arab disebut "Asyura" pula), yakni tangal 1 Bulan Tishri, adalah "yaumun shalihun." Jadi, hari yang tertanggal tersebut bukanlah hari sial, bahkan disebut "hari yang baik" (yaumun shalihun). Justru, pada hari itu dianggap sebagai salah satu hari "penebus dosa" dengan cara berpuasa.


Ajaran Islam sendiri sangat memuliakan bulan ini, bahkan Allah melarang berperang, saling membunuh, dan merusak syiar-syiar Islam pada bulan ini (lihat QS. Al Maidah: 2). Kata Muharam sendiri berarti "yang diharamkan." Artinya, pada bulan ini orang-orang Arab jahiliyah menghentikan semua peperangan yang dilakukannya. Kesucian Bulan Muharam juga dipandang berhubungan dengan tradisi orang-orang Yahudi, khususnya tradisi hari Assyura

Dalam agama Yahudi, ada satu hari yang dipandang bernilai rohaniah dan sangat diagungkan,yaitu hari Yom Kippur (Hari Penebusan Dosa). Istilah ini dari bahasa Ibrani, "yom" (yaumun, bahasa Arab) yang berarti "hari" dan "kippur" (dari kata Ibrani "kuppar") yang berarti "perdamaian". Hari ini merupakan salah satu hari suci yang paling dikeramatkan orang-orang Yahudi.

Hari Yom Kippur itu jatuh pada hari kesepuluh dalam bulan ke-7 (yang disebut bulan Tishri) dalam agama Yahudi. Istilah "Hari Kesepuluh" (The Tenth) ini dalam bahasa Yahudi-Aram (Hebrew-Aramic) disebut "Asyura." Pada hari ini, orang-orang Yahudi melakukan persembahyangan dan puasa. Mereka yakin bahwa pada hari inilah mereka diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menghapuskan dosa mereka yang dilakukan selama setahun sebelumnya. Dalam kesempatan ini mereka berkunjung antar keluarga, antar sahabat dan tetangga untuk saling memohon maaf.

Dalam Serat Widya Pradana (karangan R. Ng. Ranggawarsita) dikatakan bahwa untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa, maka bertepatan dengan tahun 931 H atau 1400 tahun Saka, atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu. Caranya adalah menggabungkan hari tujuh Hijriyah dengan hari kelima (tepatnya hari lima atau pancawara). Sebelum ada hari tujuh Islam (Itsnain, Tsulatsa', Arba'a, Khamis, Jum'ah, Sabt dan Ahad) ada hari tujuh lama (Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, Tumpak dan Radite). Adapun pancawara tetap dipakai tidak diganti. Pancawara itu meliputi: legi (manis), pahing (merah), pon (kuning), wage (hitam), dan kliwon (asih atau kasih). Karena perangkapan atau penggabungan ini (hari tujuh Islam dengan pancawara), maka dikenallah hitungan selapan (35 hari) dalam setiap bulan.

Penggabungan kalender tersebut, untuk sebagian orang, diduga sebagai salah satu strategi untuk merukunkan dua varian, yang menurut Clifford Geertz disebut "Islam santri" dan "Islam abangan." Waktu itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menggempur Belanda di Batavia, termasuk ingin "menyatukan Pulau Jawa." Oleh karena itu, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung Harnyokrokusumo ingin merangkul dua varian tersebut.

Pada setiap hari Jumat legi, Sultan Agung menjadikan dina paseban (hari pertemuan resmi) sebagai pelaporan pemerintahan daerah-daerah kepada keraton secara resmi. Sementara itu, untuk daerah Timur, pada hari yang sama (Jumat legi) dilakukan juga laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul (kalau tepat waktu) ke makam Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut diluar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.

Malam Satu Suro di Parang Kusumo

Malam Satu Suro

Belajar menelusuri sejarah, tradisi dan budaya yang masih melekat erat di kalangan rakyat Ngayogyokarto Hadiningrat. Sembari jalan-jalan menelusuri Yogyakarta di waktu malam, malam satu Suro, menjadi momen yang tepat. Malam satu Suro, bagi sebagian orang jawa dikaitkan dengan hal-hal mistis dan berfilosofis. Sebenarnya, diluar liputan, ada banyak latar belakang historis peristiwa penting yang terjadi di bulan Suro, khususnya penganut agama Islam, yang tentu saja berafiliasi dengan kebudayaan Mataram Jawa-Hindu.


Latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.

Waktu itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menggempur Belanda di Batavia, termasuk ingin “menyatukan Pulau Jawa.” Oleh karena itu, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut diluar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.

Tradisi Jawa

Malam hari, tanggal 19 Januari 2007, banyak orang melakukan ritual menjelang 1 Sura tahun Jawa 1940 yang jatuh esok paginya, Sabtu Pahing, dengan caranya sendiri-sendiri. Tidak sedikit, untuk dapat dikatakan demikian, warga yang melakukan ritual Mubeng Beteng, hingga memacetkan lalu-lintas di seputaran kraton dan jalan protokol. Dengan Tapa Bisu, atau mengunci mulut, tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di esok paginya. Kungkum atau berendam di sungai besar, sendang atau sumber mata air tertentu, menjadi aktivitas yang menurut banyak cerita masih mewarnai tradisi masyarakat Yogyakarta. Yang paling mudah ditemui di seputaran Yogyakarta, yang masih menjunjung tradisi dengan filosofis tinggi, adalah Tirakatan dan Pagelaran Wayang Kulit. Begitu pula di Pantai Parangkusumo, kawasan Parangtritis, Kretek, Bantul Yogyakarta.

Pantai Parangkusumo

Dari sekian acara yang tentu saja berlangsung di tiap pelosok Yogyakarta, Kawasan pantai Parangtrisits, khususnya Parangkusumo, memiliki daya tarik tersendiri di malam satu Suro. Labuhan, menjadi ritual yang tidak asing di telinga masyarakat Jawa. Ritual ini menjadi ritual tahunan Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Parangkusumo memang biasa menjadi tempat berlangsungya prosesi ini. Hal ini yang menarik perhatian saya untuk berkunjung kesana di malam satu Suro. Namun, perkiraan saya salah. Labuhan dilangsungkan pada pagi hari tanggal 15 Suro. Hal ini yang saya dapat dari penuturan warga sekitar.

Wayang dan Nyekar di Cepuri Parangkusumo, menjadi dua kegiatan utama pada malam itu. Meski begitu, pengunjung dan masyarakat yang datang tidak hanya disuguhi keramaian pagelaran wayang dan keheningan suasana Cepuri yang mistis. Tumpah ruahnya pengunjung tiap tahunnya dimanfaatkan betul oleh pedagang kembang, makanan, dan berbagai jasa lainnya. Tukang obat tradisional, pijat tradisional dan -kalau saya tidak salah mengartikan- “wanita pendamping” tampak bertebaran menjadi konsekuensi atas berjubelnya pengunjung.

Wayang Kulit Semalam Suntuk

Tradisi dan warisan budaya jawa ini tak pernah lepas dari tiap momen penting, khususnya adat, di Yogyakarta. Apalagi malam satu Suro di kawasan pantai selatan dengan segala macam pernak-pernik mistisnya.

Wayang Kulit

Dijubeli ratusan pengunjung yang berbaur dengan pedagang dan hiruk pikuknya lalu lalang kendaraan bermotor tidak mengurangi khidmatnya pagelaran wayang malam itu.

Cepuri Parangkusumo

Merupakan area tempat bersandingnya dua batu yang dikeramatkan. Batu Kyai Panembahan Senopati yang lebih besar terletak di sebelah selatan batu Kanjeng Ratu Kidul, yang keduanya dipagar mengeliling dengan satu pintu/gapura masuk.

tempat aiarah dua batu yang dikeramtkan

Kembang, dupa dan sesaji menjadi obyek yang tidak lepas dari tempat keramat macam ini. Apalagi di malam satu Suro, tidak sedikit peziarah yang datang dan berdoa di tempat ini, ditemani aroma dupa dan bunga yang menusuk hidung.

prosesi ziarah di watu Kyai Panembahan Senopati

watu Kyai Nyai Roro Kidul

Diantara rombongan peziarah yang silih berganti masuk ke area Cepuri, ada seorang pemuda yang dengan khusyuk nya berdoa di sebelah batu Panembahan Senopati dengan pakaian jawa lengkap. Awalnya, saya, dan mungkin pengunjung lain, mengira beliau adalah juru kunci. Namun, sang juru kunci sendiri duduk bersila tepat di depan gapura setelah pengunjung masuk. Tiap pengunjung yang masuk wajib menemui juru kunci dan menyalakan dupa, sebelum menabur bunga dan berdoa.

peziarah yang antri Kyai Panembahan batu keramat Parangkusumo

Rombongan peziarah yang nampak berbeda dari sebagian lainnya adalah rombongan peziarah dari Kraton Solo, begitu informasi dari penduduk sekitar. Mereka menggunakan pakaian jawa lengkap dengan sesaji dibungkus kain putih dan hijau, duduk bersila disamping dua batu tersebut.

peziarah -konon- dari Kraton Solo

Pagelaran wayang kulit semalam suntuk banyak diselenggarakan warga di pelosok kota. Begitu pula di kawasan Puro Pakualaman Yogyakarta. Kraton “Kedua” di kawasan Yogyakarta ini pun dihadiri warga yang ingin menghabiskan malam satu Suro dengan tradisi tahunannya. Berbeda dengan kawasan pesisir Parangkusumo, di Puro Pakualaman ini, warga yang hadir hanya ditampung secara “resmi” dengan sebuah tenda. Selebihnya warung dan pedagang kaki lima yang biasa mangkal di halaman Kraton pun tak lepas menjadi tempat warga menikmati sajian wayang kulit.

Bahkan, warga yang datang dengan kendaraan roda dua pun enggan beranjak dari atas sepeda motornya, dan terlihat sangat menikmati sajian wayang kulit semalam suntuk. Begitu pula dengan penarik becak. Masih duduk di atas sadel tempatnya mengayuh kendaraan roda tiga ini. Bahkan kursi penumpangnya pun dijadikan tempat nyaman rekan penarik becak lainnya untuk duduk berselimut sarung dan menikmati malam panjang itu.

Penjaga Gunung Yang Setia

Tanyakan kepada orang Jogyakarta, siapa yang tak kenal Mbah Marijan? Jika ia memang orang asli Jogyakarta, Insya Allah tak mungkin tak mengenal tokoh satu ini. Terlebih kini namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan seiring hangatnya udara malam di Kaliurang karena sang Merapi tengah bergejolak. Mbah Marijan, menjadi tokoh yang tak kalah tenarnya dengan Sri Sultan Hamengkubuwono selaku Gubernur Kota pelajar ini.

Gunung Merapi, memang diperkirakan akan meletus dan menumpahkan lahar panasnya dalam hitungan hari. Hiruk pikuk warga dan pemerintah terlihat dengan semakin meningkatnya status dan aktivitas gunung merapi paling aktif di Indonesia ini. Riuh rendah dan hingar bingar di 'bawah' ternyata tak membuat Mbah Marijan ikut sibuk. Ia tetap tenang seolah Merapi tak tengah mengancamnya.

Aneh. Kesan itu yang terbawa ketika hendak menemuinya Sabtu sore (29/4) di rumahnya di Dusun Kinahrejo.
Banyak berita yang menyebut lelaki tua ini sangat sakti, memiliki 'ilmu' yang sangat tinggi sehingga puluhan tahun sudah mengemban tugas berat dari Sri Sultan untuk menjadi juru kunci Merapi. Jalan menuju rumah Mbah Marijan terus menanjak mendekati Gunung Merapi, namun sepanjang jalan tak sedikit pun ditemui jalan rusak, sepanjang jalan semenjak dari Palemsari hingga rumah Mbah Marijan jalannya mulus tak berlubang. Mungkin karena Sultan kerap mengunjungi kuncen Merapi itu.

Sekitar pukul 17.00, setibanya di rumah Mbah Marijan, tokoh yang saat ini menjadi "most wanted person" bagi para pencari berita itu sedang duduk berdzikir di Masjid di depan rumahnya. Perawakannya kecil, jalannya sudah mulai lamban walau pun ia masih mampu menempuh puncak Merapi dengan berjalan kaki. Kesan pertama ketika bertemunya, jauh dari cerita yang sering tertulis di beberapa media massa. Sosoknya amat sederhana, sesederhana rumahnya yang tak berbeda dengan rumah kebanyakan warga di Dusun Kinaherjo. Padahal, 'jabatan' yang disandangnya dari Sultan bukanlah jabatan sepele dan tidak sembarang orang bisa dipercaya menjadi juru kunci.

Mbah Marijan tetap tenang, tak menganggap kepulan asap di puncak Merapi sebagai ancaman. Meski demikian ia tetap meminta warganya untuk waspada, namun ia belum menganjurkan seluruh warga yang tinggal di lereng merapi untuk mengungsi. Menurut mbah Marijan, Merapi sudah biasa 'batuk-batuk' seperti saat ini. Dan belum warga belum perlu mengungsi.

Lelaki yang tak mau berbahasa Indonesia ini tak ingin menjawab secara tegas ketika pertanyaan mengarah kepada kemungkinan meletusnya gunung Merapi. Baginya, Allah belum memberi petunjuk berupa tanda-tanda akan meletusnya Merapi sehingga ia tak meminta warganya untuk turun dan mengungsi. Kenyataan ini sungguh berlawanan dengan pernyataan Sultan yang meminta warga di lereng gunung segera mengungsi. "Jika Sultan meminta warga turun, berarti itu yang bicara bukan Sultan, melainkan Gubernur," ujar Mbah Marijan.

Dalam pembicaraan yang terekam handycam yang kami bawa itu, Mbah Marijan justru berharap Sultan dan pemerintah daerah mengizinkannya melakukan doa bersama mohon keselamatan agar Merapi tak 'marah'. "Masalahnya, saya diizinkan atau tidak oleh pemerintah kalau saya berdoa kepada Gusti Allah..." tanya Mbah berharap.

Pertanyaan yang sesungguhnya tak perlu jawaban dari Sultan atau pun pemerintah setempat. Karena bagi Mbah Marijan, yang dimaksud doa bersama itu tidak mesti membuat acara besar seperti layaknya acara 'selamatan' di kampung-kampung dengan mengundang banyak orang. "Cukup semua masyarakat bersama-sama berdoa, boleh dari rumahnya masing-masing, meminta kepada Allah agar Merapi tak jadi meletus," tambah Mbah.

Mbah Marijan bukan sosok penuh misteri, bukan tokoh klenik, bukan pula seperti yang banyak diberitakan di media massa tentang kesaktian dan ilmu-ilmu aneh yang dimilikinya. Lelaki berumur lebih dari 80-an itu adalah orang yang shalih, taat beribadah dan senantiasa merasa dekat dengan Tuhannya. Begitu juga dengan keluarganya, istri dan lima anaknya adalah orang-orang shalih.

Soal keengganannya berbahasa Indonesia, mbah Marijan berkomentar, "Saya ini orang kecil, hanya berbahasa menggunanakan bahasa orang kecil. Karena itu, omongan saya didengar oleh orang kecil. Bahasa Indonesia itu hanya dipakai oleh orang besar. Dan bahasa Indonesia itu terkesan sombong, saya tak mau dibilang sombong."

Subhanallah, suatu anugerah luar biasa bisa berkunjung ke rumah mbah Marijan. Teramat banyak pelajaran dari tutur kata lembutnya yang terasa sangat 'dalam'. Tak terasa persinggahan di rumah sederhana itu hingga pukul 20.00. Kekhawatiran akan meletusnya Merapi pada saat kami berada di rumah itu, seolah sirna oleh ketenangan yang memancar dari wajah lelaki mengagumkan itu.

Petilasan Panembahan Senopati

Kotagede yang sering disebut juga Sargede terletak kurang lebih lima kilometer di sebelah tenggara Yogyakarta. Di kawasan ini wisatawan dapat mengunjungi makam Raja-raja Mataram seperti Sutowijoyo atau Ngabei Loring Pasar, pendiri Kerajaan Mataram yang kemudian digelari Panembahan Senopati. Ada juga makam yang unik dari Ki Ageng Mangir, yaitu menantu dan sekaligus musuh Panembahan Senopati. Jasadnya dimakamkan diluar kompleks.

Seratus meter dari makam terdapat sebuah batu yang disebut ‘Watu Gilang’, yaitu batu yang digunakan oleh Panembahan Senopati untuk menghantam kepala Ki Ageng Mangir hingga tewas. Bagi yang ingin masuk ke dalam makam harus mengenakan pakaian tradisional yang dapat disewa di tempat itu juga. Makam Raja-raja di Kotagede dibuka setiap hari Senin jam 10.00 sampai 12.00, dan hari Jumat. Di sana terdapat gerbang yang anggun, kolam yang penuh dengan Clarius Melanodermas dan kura-kura kuning yang telah berumur ratusan tahun, masyarakat meyakini bahwa kura-kura tersebut ajaib dan keramat Kompleks makam berada dalam lingkungan pagar tembok berbahan batu putih dan batu bata.

Kompleks makam terbagi dalam 3 bagian, yaitu Masjid, makam dan sendang. Masjid terletak di bagian Timur, makam di bagian Barat dan sendang di bagian Barat Daya. Ketiga bagian tersebut dibatasi oleh pagar tembok dan dihubungkan dengan gapura. Pada halaman pertama ini terdapat prasasti yang berbunyi: Kanjeng Panembahan Senopati, Bertahta Kerajaan Mataram, Tahun Djinawal : 1509 Tahun Masehi : 1579, Kubur Kotagede Selain itu juga terdapat bangunan yang disebut dengan Bangsal Duda dengan. Halaman Kedua, di halaman ini terdapat 4 buah bangunan, yaitu bangunan di sudut Tenggara, Timur laut, Barat laut dan Barat Daya. Halaman Ketiga, terdapat bangunan utama yang terdiri dari 3 buah bangunan yang disebut Bangsal Prabayaksa, Bangsal Witana dan Bangsal Tajug.

Bangsal Prabayaksa merupakan bangunan berdinding tembok di dalam bangsal ini terdapat 72 makam yang dibuat dengan bahan marmer berwarna putih, yaitu antara lain makam Panembahan Senopati, Sultan Sedo Krapyak, Sultan Sepuh, Pangeran adipati Pakualam I, ki Ageng Mangir, PA II, PA III, dan PA IV Khusus untuk makam Ki Ageng Mangir, sebagian berada di luar bangunan dan sebagian berada di dalam bangunan.

angsal Witana, di dalam bangsal witana ini terdapat 4 buah makam dari bahan marmer, yaitu makam Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Juru Mertani. Bangsal Tajug, di dalam bangunan terdapat 3 buah makam, yaitu makam Nyai Ageng Nis, Pangeran Jayaprana dan Datuk Palembang. Selain bangunan utama terdapat bangunan cungkup yang lain dengan ukuran yang lebih kecil, yang berada di sebelah Timur bangunan utama. Cungkup tersebut berisi makam-makam keturunan Pangeran Pakualam I Terletak di Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantu tepatnya di sebelah Selatan Pasar Kotagede.

Misteri Lereng Gunung Dieng

Dieng, yang berarti edi tur aengsi (tempat yang indah). Apalagi kalau dilihat dari puncak gunung, pemandangan dari sana terlihat sangat indah.

Dieng juga berarti tempat para dewa.

Menurut Ki Rusmanto(58), kuncen Pertapan Mandala Sari, yang di nobatkan oleh Eyang Begawan Sampurno Jati. Dieng adalah tempat bersemayamnya para dewa, dan sampai sekarang pun masih bersemayam disini. “Saya yakin bahwa para dewa masih bersemayam disini, pertapan ini adalah keratonnya para dewa,” katanya.

Keberadaan keramat-keramat di Gunung Dieng, memiliki kaitan erat dengan kekuasaan gaib Segoro Kidul. “Ibu Ratu Segoro Kidul memberikan Amanat pada para leluhur yang ditugaskan di Gunung Dieng,” lanjutnya. Perjalanan spiritual di keramat-keramat Gunung Dieng mengandung makna kehidupan, pelajaran-pelajaran hidup tersirat di dalamnya, tinggal bagaimana kita yang memaknai. Keramat-keramat di Gunung Dieng memiliki nilai pendidikan spiritual.

“Semua keramat di Gunung Dieng mengandung pendidikan spiritual,” kata Ki Rusmanto,

Dimulai dari Bima Lukar yang merupakan sumber mata air Sungai Serayu, disini harus mandi jamas yang bertujuan untuk mengeluarkan “bronjong kamurkan” atau angkara murka. Membersihkan jiwa dan raga, ini dilakukan sebelum masuk ke Pertapan Mandala Sari. Di depan ada Telaga Warna, yang melambangkan nafsu yaitu empat nafsu kalau orang Jawa menyebutnya sedulur papat, (amarah, aluamah, supiah dan mutmainah). Kelima pancer yang dianut dari empat saudara itu. Sehingga sedulur papat harus menyatu atau manunggal, jangan sampai pisah apalagi jalan sendiri-sendiri.

“Disini ada Goa Jaran, Jaran itu nafsu, jadi nafsu ke empat tadi harus dikendalikan ke arah yang putih. Sehingga, disitu jumeneng Eyang Resi Kendali Seto atau yang mengendalikan nafsu.”

Telaga pengilon (cermin), manusia harus berkaca, introspeksi diri, jangan suka menyalahkan orang lain tapi kita sudah benar apa belum? Kalau kita sudah benar pun juga tidak boleh mengatakan benar. Membenarkan diri adalah prilaku yang kurang baik.

Setelah itu baru bisa masuk ke Goa Semar, Goa berarti ghugu marang pitulungku, Semar’ ojo samar wong urip ono sing nguripi. Gusti Inkang Maha Suci Sumarah Purbange Sang Murbeng dzat, olo becik dadi sandangane alam mboten saget dirubah. Baik dan buruk adalah kelengkapan alam, tidak bisa dirubah tetapi tinggal bagaimana mengendalikannya. Jadi yang nafsu jelek itu bisa dikendalikan atau tidak.

“Kemudian Goa Sumur, disitu ada banyu panguripan (tirto kamandanu) bagi orang yang percaya pada warisan leluhur, air itu bisa bermanfaat untuk pengobatan, penglaris, dll,” kata Ki Rusmanto.

Misalnya Kawah Sikidang, kidang (rusa) itu jalannya lompat-lompat dan makannya pupus daun, memiliki magna bahwa cita-cita atau keinginan boleh setinggi langit tapi “Sumarah purbaning gusti, mupus panduming gusti” berserah pada Tuhan, karena semua kuasanya Gusti Alloh.

Makanya harus masuk Kawah Sileri yang magnanya, orang hidup tidak boleh melanggar wewelering (aturan) urip yang empat perkara.

1. Melanggar wewelering rumah tangga.
2. Melanggar wewelering masyarakat.
3. Melanggar wewelering negara.
4. Melanggar wewelering Gusti Inkang Maha Suci, Alloh SWT.

Setelah itu masuk Kawah Candradimuka, kalau semua di jalankan dengan baik, keinginan atau cita-cita ya jangan sampai di tunda-tunda. Condro iku wulan, muko iku ngarep yo ojo ditunda nganti wulan-wulan. Makanya ada Jala Tunda, keinginan yang baik jangan ditunda-tunda. “Apa yang diinginkan supaya cepat kesampaian dan tidak tertunda-tunda,” kata Ki Rusmanto. Itu tatanan alam yang ada disini mengandung nilai pendidikan spiritual yang harus dihayati semua umat berbudaya.

Eyang Purbowaseso, yang menentukan diterima tidaknya permintaan ke para leluhur.

“Sebagai orang tua, harus memberikan wawasan untuk anak-anak supaya nanti dapat memahami dan mengetahui tatanan budaya Nusantara yang sebenarnya,” tuturnya. Sebab jaman akan berubah, kembali lagi pada tatanan budaya. Nanti setelah tahun 2011, harus sudah berjalan tatanan budaya Nusantara, adat istiadat, budaya, warisan.

Bangsa Indonesia akan mengalami kejayaan apabila mau kembali pada tatanan budaya, agama yang berbudaya itu, tidak meninggalkan adat istiadat warisan leluhur. Silahkan beragama apapun yang disahkan oleh negara, tapi kebudayaan harus tetap di pertahankan keberadaannya.

“Kalau tidak mau kembali pada tatanan budaya Nusantara, akan tersingkir oleh Revolusi Alam, tahun 2009 akan terjadi huru-hara yaitu perang politik dan perang gaib,” kata Ki Rusmanto. “Perang gaib, kawulanya Ibu Ratu Kidul sudah mulai kerja, mulai mengambil orang-orang jahat yang tidak kena jeratan hukum, dengan revolusi alam lewat karma pala, ” lanjutnya.

Setelah itu Indonesia akan mengalami kejayaan, Dunia akan berpaling ke Indonesia setelah Pancasila diamalkan oleh bangsa Indonesia secara murni dan konsekuen. Karena pancasila merupakan jatidiri bangsa warisan leluhur.

Dieng sangat erat kaitannya dengan Ratu Kidul, setiap kali menjalankan peringatan adat rambut gembel, kalau sudah diruwat dipotong kemudian rambut gembel akan dilarung di Telaga Warna. “Lha itu hubungannya Telaga Warna dengan Ibu Ratu Kidul, untuk umum larungan di Sungai Serayu yang mengalir ke Segoro Kidul.” Demikian “Yang menitipkan rambut gembel untuk anak-anak daerah Wonosobo, Banjar Negara, Temanggung, ya utusan Ibu Ratu Kidul,” tuturnya. Gembel untuk anaknya seneng, tapi bagi orang tuanya diberi sesuker, tanggung jawab karena anak yang diberi gembel nantinya mesti diruwat.

“Tapi anaknya kan seneng, anak gembel itu minta kadangan apa yang diminta eyangnya lha itu nanti dituruti permintaannya,” kata Ki Rusmanto. Gembel tidak dibuat, karena itu titipan dari Kyai Tumenggung Kala Dete yang artinya, Kala itu waktu, Dete itu kosong. Jadi ketika itu Eyang Tumenggung Kala Dete naik ke Dieng masih dalam keadaan kosong, belum ada penghuninya. Kemudian muswo di Gunung Kendil, di Pesanggrahan Giri Kala Wacana di Gunung Kendil, yang menitipkan sesuker di Gunung Dieng yang disebut gembel. “Proses datangnya gembel biasanya anak itu akan panas (sakit) sampai tujuh kali, tidak perlu di obati nanti kalau gembelnya jadi ya sembuh sendiri,” tuturnya. Biasanya mulai umur dua sampai tiga tahun, baru ada proses gembel.

Candi Pandawa Lima.

Candi Pandawa Lima, peninggalan jaman Kalingga sekitar abad VIII. Dibangun sekitar tahun 732 M. Candi-candi itu dulunya merupakan makam para raja waktu itu, kemudian menjadi tempat sembahyang umat Hindu.

Pandawa Lima adalah para kesatria di jaman Mahabarata, putra Pandu Dewanata yang memiliki watak kesatria. Pandawa Lima menjadi figur kebajikan, juga menjadi contoh bagi para pemimpin dan harapan bagi orang tua kepada anak-anaknya.

Bagi masyarakat Jawa, tokoh pandawa sudah tidak asing lagi. Namun, entah dengan anak-anak sekarang apakah ada pengenalan tentang tokoh-tokoh kesatria ini ditengah maraknya jagoan-jagoan dalam film kartun yang di Import dari luar.

Para tokoh pandawa antara lain.

1. Puntadewa, memiliki watak pendiam, bijaksana dan sedikit bicara. selalu mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Melambangkan sifat keTuhanan.
2. Werkudara (Bimo), memiliki postur yang besar, keberaniannya menghadapi apapun menjadi figur keTeguhan dalam mempertahankan prinsip dan nilai-nilai dasar kehidupan. Karena keteguhannya sehingga mampu mencapai keIklasan tertinggi seperti dalam kisah pewayangan, ketika Werkudara yang bertekad menolong Pandu dari dasar neraka atau Kawah Candradimuka.
3. Arjuna, memiliki kepiawaian, kecerdasan dan kecakapan. Sehingga, selalu menang dalam setiap pertandingan dan sayembara. Melambangkan seorang yang memiliki Pendidikan dan Intelektual yang tinggi dan menggunakannya dalam kebajikan.
4. Nakula, memiliki sifat welas asih, serta kasih sayang pada sesama.
5. Sadewa, melambangkan sifat Loyalitas, Sadewa juga mendapatkan nama Sudhamala yang artinya bersih dari dosa dan pasrah pada kehendak Yang Maha Kuasa.

Namun para Satria Pandawa harus di bimbing oleh Ki Semar, yang mampu memberikan petunjuk kebaikan dan lebih mengutamakan derajad atau keUtamaan (kautaman) tanpa Pamrih.

Ritual Jumat Kliwon Di Pantai Selatan

Di pesisir Pantai Selatan (Segoro Kidul) di sepanjang Pulau Jawa sangat dikenal kesakralannya. Mitos tentang hubungan Penguasa Segoro Kidul dengan Raja-raja Mataram sudah melekat dihati masyarakat Jawa yang dikaitkan dengan Wahyu Kedaton. Segoro Kidul merupakan Kerajaan Khayangan terbesar yang memangku Nusantara sebagai perwujudan dari Ibu Pertiwi.

Setiap malam Jumat Kliwon dipesisir Segoro Kidul selalu dipadati oleh peziarah, umumnya mereka melakukan ritual dengan maksud dan tujuan tertentu, doa dan permintaan ditujukan kepada Sang Khaliq, hanya saja perantaranya melalui Penguasa Segoro Kidul. Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak jaman kerajaan, meski sudah mulai terkikis ditelan jaman dan peradapan modernisasi namun, tidak sedikit masyarakat yang masih menjalankan dan memercayainya.

Para peziarah datang dari berbagai daerah, tempat yang ditujupun beragam, ada yang di Perbukitan, Goa, atau langsung dipesisir Segoro Kidul. Ritual dilakukan dengan berbargai sesaji, seperti jajan pasar, tumpeng, kembang setaman dan lain-lain. Namun, lain tempat lain pula sesaji dan ritualnya, misalnya ada yang melengkapi dengan buah-buahan, ayam panggang, kambing, bahkan ada juga yang menyajikan sapi atau kerbau.

Menurut Ki Waris, juru kunci goa Nagaraja, ritual dan sesaji yang dipersiapkan oleh peziarah itu tidak sama, dan biasanya peziarah akan mendapatkan petunjuk terlebih dahulu melalui mimpi, setelah itu baru mempersiapkan sesuai petunjuk. “Itupun tergantung dari maksud dan tujuannya, masing-masing orang kan berbeda,” tutur Ki Waris.

Goa Nagaraja didiami oleh para leluhur seperti Eyang Nagaraja, Eyang Prabu Anom, Eyang Nagaruncing, Eyang Nagagini, Watu Lumpang, dan Dewi Daya Indah.

Ki Waris juga menambahkan, kalau malam Jumat Kliwon ini ada rapat besar dari para leluhur di goa Nagaraja, petunjuk ini diterima oleh Purwato (52) yang menyepi di goa untuk menenangkan diri dan memperbaiki hidup dengan lantaran leluhur di Nagaraja sebagai sareatnya, hakekat tetap kepada Sang Khaliq.

Biasanya para peziarah melakukan ritual-ritual khusus, misalnya solat hajat, dzikir, dan doa-doa yang diajarkan oleh agama. “Sebenarnya cuma pindah tempat saja, karena disini lebih tenang, disini juga menjalankan ibadah.” tutur Apih Dedi (70) dari Cilawung, Garut. Apih Dedi kesehariannya sebagai konsultan spiritual dan sering berziarah ke goa Nagaraja untuk mengantarkan tamu-tamunya.

Darso (49) dari Purbalingga menyukai napak tilas leluhur, terutama ziarah makam. “Awalnya ekonomi keluarga saya sangat susah, setelah saya berziarah kemana-mana dan mohon petunjuk kepada Allah SWT melalui para leluhur, alhamdulillah sekarang ekonomi keluarga saya membaik dan usaha dagang saya lancar.” katanya. “permohonan saya ya mencari keselamatan untuk keluarga dan minta diberi umur panjang,” lanjutnya.

Lain halnya dengan Trias (27) sudah dua malam di goa Nagaraja sengaja menyepi untuk mencari ketenangan dalam mendalami ilmu Tarekat.

Dilain tempat, tepatnya dipesisir segoro kidul sedang berlangsung ritual labuhan (larungan), yang dipimpin oleh Ki Ali Muhammad juru kunci goa Rahayu. Aneka rupa sesaji telah dipersiapkan, ritual larungan dimaksudkan untuk membersihkan diri dari segala kesulitan, sial, atau ibarat baju dicuci untuk dibersihkan kembali.

Kesemuanya itu diaturkan kepada Kanjeng Gusti Ayu Ratu Kidul supaya diayomi, setelah itu kembali dengan Eyang Suci Rahayu.

Sarining dupo, sekar telon, jajanan pasar, pasaran kerin, tumpeng mugana, sayur kambing, kopi manis, kopi pait, teh manis, teh pait, air putih, kelapa muda ijo. Kesemuanya itu untuk (bekteni) para leluhur yang ada dikabupaten Cilacap. Semoga para leluhur melindungi (ngayomi) semua anak keturunan yang ada di Nusantara. “Kesemuanya itu harus didasari dengan kepercayaan, kalau tidak percaya, tidak yakin akan tanpa guna, apapun yang dilakukan akan sia-sia saja.” Tutur Ki Ali Muhammad.

Eyang Suci Rahayu adalah yang paling tua, Eyang sebutan untuk tua, Suci sebutan untuk bersih, dan Rahayu sebutan untuk (rah) dari bapak-ibu waktu bersetubuh belum ada wujud sampai ada, yang bertapa sembilan bulan sepuluh hari di goa ibu, kemudian bertapa di goanya Gunung yaitu di goa masing-masing wujud, dan di goanya Bumi (liang lahat). Tidak ada menjadi ada, sudah ada jadi tidak ada lagi yaitu kembali ke asalnya. Demikian disampaikan oleh Ki Ali Muhammad juru kunci goa Rahayu.

Mitos Goa Petruk( Goa Andrakila )

Kesetiaan Punakawan (Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, dan Bawor/Bagong) pada Junjungannya tidak diragukan lagi, sekalipun menjalani kesengsaraan, mereka tak pernah berpaling. Meski berdiam di hutan belantara, demi menemani Junjungannya yang sedang bertapa, dengan sabar dan ikhhlas mereka lalui. Hidup sederhana, bersahaja menjadi takdir yang tak bisa dipungkiri. Namun, disekitar merakalah Dewata Yang Agung menurunkan Wahyu yang selalu menjadi perebutan para Kesatria di Bumi.

Dikisahkan seorang Begawan bernama Mentaraga yang menjalankan tapa-barata menjelang pecahnya perang Baratayudha. Sang Begawan menjalankan tapa-bratanya di goa Andrakila. Sangat mengherankan ketika sang Begawan diiringi oleh Punakawan, yang selama ini Punakawan lebih dikenal dekat dengan Raden Arjuna (putra Pandawa ke tiga). Sementara Begawan Mentaraga bertapa didalam Goa, para Punakawan dengan setianya menanti diluar Goa.

Perang Baratayudha demikian menarik perhatian para Kesatria bahkan Resi, Empu, dan Brahmana. Sekalipun sudah menjadi takdir Dewata Yang Agung. Namun, upaya mengelak bahkan menggagalkan senantiasa dilakukan oleh para Imam Suci (Resi, Empu, dan Brahmana), supaya tidak ada jatuh korban dari kedua belah pihak. Dua kekuatan besar antara Pandawa dan Kurawa, belum lagi kekuatan lain yang mendukung keduanya. Sang Begawan sadar perang Baratayuda tidak dapat dihindarkan.

Setelah sekian lama berlalu, Begawan Mentaraga belum juga keluar dari pertapaannya, penantian tak kunjung usai, keresahan pun mulai dirasakan Ki Lurah Semar hingga berujung pada tekat Ki Lurah Semar untuk melihat apa yang terjadi didalam Goa. Bersama Petruk, Ki Lurah Semar menerobos masuk Goa Andrakila untuk memastikan kondisi Junjungannya, sementara Gareng dan Bawor tetap menanti diluar Goa. Namun apa yang terjadi sungguh diluar dugaan mereka, Begawan Mentaraga tidak dijumpai seakan lenyap ditelan Bumi. Terlanjur masuk kedalam Goa, Ki Lurah Semar dan Petruk akhirnya memutuskan untuk bertapa. Wahyu Baratayudha menjadi harapan Ki Lurah Semar, sementara Petruk meminta petunjuk untuk dapat bertemu orang tuanya yaitu Gandarwo Seto.
Setelah mendapatkan wahyu yang diharapkan keduanya pun bergegas keluar dari dalam goa tetapi menempuh lorong yang berbeda. Sementara Ki Lurah Semar kembali ketempat Gareng dan Bawor, tetapi Petruk tak kunjung datang. Mereka pun mencari keberadaan Petruk, hingga akhirnya Petruk ditemukan sedang duduk santai dipinggir pantai.

Demikian kisah yang melatarbelakangi keberadaan Goa Andrakila yang konon terdapat patung petruk yang sedang berdiri yodong menerima wahyu dari Dewata Yang Agung. Oleh karena itu, goa ini mulai di kenal dengan nama Goa Petruk. “Pada saat-saat tertentu, didinding goa sering terlihat sosok bayangan yang menyerupai Petruk, apabila didekati bayangan tersebut menghilang.” kata Mbah Rudin (74), Juru kunci Goa Andrakila.

Goa Petruk terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Goa ini berada diatas bukit kapur dengan ketinggian 75 M diatas permukaan laut. Goa Petruk memiliki dua lorong yang panjang, pada lorong kanan panjangnya mencapai 2000 M, sedangkan pada lorong kiri 664 M. Selain memiliki lorong yang panjang, Goa Petruk memiliki tiga tingkat atau tiga susun diatasnya.
Tingkat pertama medannya cukup nyaman dan mudah dijangkau oleh pengunjung untuk wisata alam juga penelitian. Pada tingkat kedua konon terdapat patung Petruk berdiri nyodong (mengulurkan tangan), karena ulah penambangan Pospat oleh VOC Belanda yang menggunakan bahan peledak maka patung Petruk ikut runtuh, sehingga saat ini patung petruk sudah tidak ditemukan lagi. Pada tingkat ketiga medannya sangat sulit untuk pengunjung, lokasi ini hanya dapat dijangkau menggunakan alat panjat tebing.

Menyibak Misteri Gunung Srandil

Srandil asal kata dari Srana lan Adil, mengandung arti bahwa Gunung Srandil merupakan salah satu sarana mencari keadilan hidup, tempat untuk mengasah diri dan mendalami arti hidup.

Banyak orang yang mengenal atau pernah mendengar nama Gunung Srandil, dan tidak sedikit pula yang menghubungkan dengan tempat mencari pesugihan entah dengan cara apapun, ada juga yang mengatakan Gunung Srandil adalah tempat yang di sakralkan yang tidak semua orang diijinkan masuk. Namun, pada kenyataannya tidak demikian, Gunung Srandil merupakan tempat peziarahan yang didalamnya bersemayam para leluhur tanah Jawa. Sehingga banyak orang yang berdatangan dari berbagai daerah untuk berziarah dengan berbagai ritual dan doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Alam Semesta, melalui para leluhur yang bersemayam di Gunung Srandil guna mendapatkan ketenangan hidup dan kebesaran jiwa dalam menyikapi ujian hidup yang dialami setiap Insan.

Gunung Srandil terletak dipesisir Pantai Selatan, tepatnya di Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Lokasi Gunung Srandil sebenarnya masih dibawah naungan TNI Angkatan Darat, yang dikelola oleh DENSIBANG (Detasemen Seni dan Bangunan). Untuk pemeliharaanya dilakukan secara pribadi-pribadi oleh masyarakat setempat.

Menurut Sutanto (52), salah seorang juru kunci yang dijumpai PAMOR mengatakan bahwa Gunung Srandil hanyalah tempat untuk bersyariat saja, tidak lebih dan tidak kurang. Disini hanya untuk mencari berkah dari Yang Kuasa untuk mendapatkan solusi apabila kita mendapatkan masalah, dan tanpa resiko apapun. “Jadi apabila ada yang mengatakan tempat ini digunakan untuk mencari pesugihan dengan cara memberikan tumbal itu hanyalah bohong belaka, kalaupun hanya untuk berwisata ketempat ini sah-sah saja dan tidak dilarang”, tutur Sutanto.

Konon Gunung Srandil merupakan titik utama Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah.

- Dimulai dari Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati Kunci Sari Dana Sari yang menjadi kunci pertama atau kunci pembuka Gunung Srandil. Dilokasi inilah peziarah menyampaikan maksud dan tujuanya serta minta ijin untuk berziarah ketempat berikutnya.

- Kedua adalah Eyang Gusti Agung Sultan Murahidi, ini merupakan titik gaib pertama tertua disini, letaknya disebelah Timur dalam lokasi pagar Gunung Srandil.

- Ketiga adalah Nini Dewi Tunjung Sekar Sari, ini merupakan keramat murni sebagai pendamping atau istri dari Eyang Semar. Terletak dibawah sebelah Selatan dalam lokasi pagar Gunung Srandil.

- Keempat adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo, tempat ini merupakan titik utama Gunung Srandil. Terletak bersebelahan dengan keramat Nini Dewi Tunjung Sari.

- Berikutnya yang kelima adalah petilasan Eyang Juragan Dampu Awang, atau Sampokong, atau Sunan Kuning. Seorang juragan (saudagar) kaya dari Negeri China beragama Islam, yang dahulunya pernah singgah untuk melakukan semedi ditempat ini. Letaknya disebelah Utara sisi k nam iri dari pintu gerbang masuk Gunung Srandil.

- Yang keenam petilasan Eyang Langlang Buana, merupakan titisan dari Dewa Wisnu yang masih ada kaitannya dengan Kerajaan Pajajaran, di Jawa Barat. Terletak dipuncak Gunung Srandil.

- Titik yang ketujuh adalah Eyang Mayang Koro atau Hanoman, yang menjadi gaib murni sebagai pendamping Eyang Langlang Buana.

Dari ketujuh titik petilasan inilah para peziarah memanjatkan do’a memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk mengutarakan apa yang menjadi hajat atau cita-citanya agar terkabulkan. “tentunya harus dibarengi dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing”, lanjut Sutanto.



Biasanya peziarah yang datang ketempat ini mengunakan ritual khusus, seperti membawa kembang setaman, minyak wangi, rokok kretek, kemenyan atau dupa. Bahkan kalau yang mampu ada yang selamatan mengunakan ayam atau kambing. Namun, itu semua tergantung kemampuan masing-masing individu dan tidak mengharuskan, yang terpenting adalah niatannya. Sesaji atau atur sesaji hanya syariat saja, istilah kita memberikan rasa terikasih kepada pepunden atau leluhur yang ada di Gunung Srandil agar doanya dapat diangkat dan disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, jadi kita bukan menyembah kepada mereka, tetapi tetap menyembah dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian menurut Sutanto yang juga diiyakan oleh pengunjung yang lainnya

Napak tilas Gua Langse

GUA Langse yang terletak di kaki tebing Parangtritis merupakan tempat tetirah yang terkenal, meskipun di sekitarnya juga banyak kawasan serupa, seperti Gua Tapan, Sendang Beji, maupun Gua Siluman. Dalam buku-buku tulisannya, Dr. Hermanus Johannes de Graaf, ilmuwan Belanda yang mengkhususkan diri dalam pengkajian tanah Jawa, menyebut Gua Langse sebagai Gua Kanjeng Ratu Kidul. Oleh sebab itu, gua ini merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh reraja Mataram. Di gua ini konon pernah bersemedi pula Syekh Siti Jenar maupun Sunan Kalijaga.

Memanjat menuju gua Langse

Banyak orang yang menyambangi gua ini, terutama pada malam Selasa atau Jumat Kliwon dan bulan Suro. "Bila bulan Suro bisa ratusan pengunjung tiap harinya," ujar Sunardi Susilo alias Loso, salah seorang penjaga Gua Langse yang menemani Intisari ketika berkunjung ke sana. Bahkan salah seorang pemain bulu tangkis yang sudah kondang pun pernah berkunjung ke sana. "Selamatannya dengan menyembelih kerbau," lanjut Loso.

inilah gambar Gua Langse :

Jalan Menuju Ke Goa Langse

jalan setapak Turun Ke Goa Langse

Lokasi depan Goa Langse

Lokasi Depan Goa Langse

Mushola Di Depan Goa Langse ( proses pembangunan )

Tempat Istirahat depan Goa Langse

Goa Langse Sebelum Di Renovasi

Dari pantai Parangtritis untuk menuju Gua Langse masih harus berjalan sekitar 3 km ke arah timur. Jika malas berjalan ada ojek yang siap mengantarkan Anda dengan tarif ± Rp 4.000,-. Namun ojek ini tidak sampai di pinggir tebing sehingga masih harus berjalan kaki sekitar 750 m menyusuri jalan setapak di antara rerimbunan ladang. Sebelum menuju ke gua, Anda akan diminta mengisi buku tamu dan memberi donasi bagi perawatan gua. Dari sini, Anda diantar oleh salah seorang penjaga, langsung menuju ke gua.

Jangan kaget atau merasa ngeri ketika Anda sudah berada di bibir tebing. Dengan ketinggian tebing, menurut Loso, ± 400 m dan nyaris tegak lurus, perjalanan menuju Gua Langse menjadi tantangan tersendiri. Jalan menuju ke kaki tebing tempat Gua Langse berada berupa campuran antara tangga (ada 4 buah pada tempat yang terpisah), akar, dan tonjolan bebatuan.

Gua Langse sebagai tempat tetirah menyimpan banyak misteri. "Pernah ada yang jatuh, tapi untungnya temangsang di kerimbunan pepohonan. Setelah siuman ia merasa ada yang membopong sewaktu terjatuh," cerita salah seorang penduduk. Loso menambahkan, di batu Semar yang terletak di depan mulut Gua Langse itulah Ragil Pragolapati, seorang cerpenis dan dosen, menghilang tiba-tiba ketika latihan meditasi dengan murid-muridnya. Belum jelas apakah mayatnya sudah ditemukan.

Sendang Gua Langse

Sesampainya di gua, pengunjung bisa mandi di salah satu bilik. Air yang dipakai mandi berasal dari mata air yang keluar dari dalam gua. Airnya yang dingin dan tawar serta mengandung kadar kapur tinggi bisa menghilangkan kelelahan akibat perjalanan menuju gua.

Selesai mandi, barulah Anda dipersilakan untuk bersemedi. Kesunyian di dalam gua sangat membantu untuk memusatkan pikiran. Suara yang terdengar hanyalah debur ombak pantai selatan.

Cerita Mistis Sendang Beji

Siapa sih orang Jogja yang nggak tau Pantai Parangtritis? Tapi tau nggak kalau ada candi di dekat Pantai Parangtritis? Yang ini jelas tidak semua orang tahu. Wong, bapak penjaga pintu retribusi dan bapak polisi aja nggak pada tau kok. Payah? Mungkin. Tapi lokasi candi ini saja sudah membuat bingung. Soalnya secara administratif candi ini letaknya di Kel. Girijati, Kec. Purwosari, Kab. Gunung Kidul, Yogyakarta. Lho? Kok bisa Gunung Kidul? Bukannya Pantai Parangtritis itu ada di Bantul? Ya bisa aja, soalnya Gunung Kidul itu berbatasan juga dengan Bantul dan untuk ke candi ini lebih dekat dari Pantai Parangtritis. Gituh.

Arah Wonosari

Iiih, ada sungai, airnya jernih pula!
Jadi pingin main air nih.


Altar batu di puncak candi
baru pertama liat yang kayak gini.


Penyusunnya adalah batu gamping.
Batu pengisinya batu koral.


Bagi-bagi tugas lah.
Aku motret dan Andreas yang wawancara.


Eyang-eyang kita nampung air disini.


Candi Gembirowati.
(Klik Untuk Memperbesar)
Jadilah pada hari Sabtu (06/06/2009) aku dan Andreas harus merogoh kocek Rp 7.000 untuk masuk ke kawasan wisata Pantai Parangtritis. Padahal kami nggak mau ke pantai, maunya ke candi, tapi petugas retribusi nggak mau tau. Ah, sial tenan! Kalau dari pintu masuk kawasan wisata Pantai Parangtritis, tinggal ikuti saja jalannya nanti bakal terhubung dengan jalan ke arah Wonosari. Itu jalannya menanjak dan pas ada pertigaan pertama beloklah ke arah kanan. Nanti bakal ketemu dengan papan petunjuk "Sendang Beji", ikuti saja arah papan itu. Parkir kendaraan dekat rumah warga dan berjalan kakilah ke situs candi. Sangat disarankan untuk tidak membawa mobil, karena jalannya sempit.

Sampailah kita di Candi Gembirowati! Candi ini berbeda banget dengan candi-candi yang selama ini kita kenal. Candi ini bentuknya adalah punden berundak, tapi nggak mirip seperti Candi Sukuh. Candi ini nggak memiliki candi perwara. Uniknya lagi candi ini nggak menghadap ke arah timur atau barat, melainkan ke arah selatan. Kenapa? Karena di selatan kan ada Pantai Parangtritis.

Nuansa Air, Nuansa Mistis
Nggak jauh dari candi ada gemericik air dan ternyata setelah ditelusuri ada sungai! Sungai ini mengalir dari batu-batuan, mirip seperti air terjun mini deh. Apalagi ini di daerah Gunung Kidul yang susah air, kok bisa-bisanya disini melimpah sumber air? Selain itu kami juga menemukan sebuah kolam buatan dari masa lampau yang usianya kira-kira sama dengan candi. Kolam ini jelas digunakan buat menampung air. Hmmm, apa eyang-eyang kita dulu udah tau juga ya kalau di Gunung Kidul itu susah air? Batu yang dipakai untuk menyusun candi juga bukan batu andesit. Tapi batu gamping, yaitu batu yang berasal dari koral di laut. Nggak heran karena berjuta-juta tahun yang lalu daerah ini kan bekas laut. Karena batu gamping ini gampang pecah, jadinya kami nggak mau sembarangan menyentuh batu.

Pas lagi asyik motret-motret, tiba-tiba Andreas ngasih sinyal yang tandanya aku harus segera menghampiri dirinya. Dari gerak-geriknya, kayaknya ini sinyal bahaya. Duh, berbuat salah apa diriku sampai harus dikutuk penunggu candi? Eh ternyata Andreas cuma nyuruh aku salam sama Bapak Juru Pelihara yang bernama Pak Tugiman. Dari Pak Tugiman kami dapat sedikit-banyak informasi tentang candi ini. Kata beliau, candi ini sudah diketahui oleh penduduk dari dahulu kala tapi saat itu kondisinya runtuh tertimpa pohon-pohon. Baru pada tahun 1980-an dilakukan pemugaran. Pak Tugiman sendiri bertugas semenjak tahun 1984 dan kini ia ditemani oleh anaknya. Candi ini banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Tapi lebih lagi candi ini sering digunakan sebagai tempat tirakat untuk ngalap berkah. Sebenarnya candi ini masih memiliki bagian yang belum disingkap. Sebetulnya pernah digali akan tetapi ditutup tanah lagi karena belum ada rencana untuk diekskavasi sepenuhnya.

Di sekitar Candi Gembirowati juga ada sembilan sendang (mata air) yang salah satunya bernama Sendang Beji. Sendang-sendang ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat yang afdol untuk tirakat. Makanya nggak heran kalau lokasi ini sarat dengan hal-hal mistis. Apa karena dekat dengan Pantai Parangtritis yang tentunya erat dengan legenda Nyai Loro Kidul sang Ratu Pantai Selatan? Ini memang bisa menjadi obyek pariwisata, akan tetapi para warga desa khawatir kalau lambat-laun sumber daya alam mereka yang melimpah itu, khususnya air, akan dikuasai oleh industri pariwisata. Semoga saja para pelaku industri pariwisata di Pantai Parangtritis masih punya hati untuk hidup damai dengan warga desa dan juga dengan alam yang telah memberi mereka penghidupan.

Pesugihan Pulau Kera


“Ke mana, Bah“

“Cari uang”

“Lho, kan Abah kerja di sini, cari uang di mana lagi?”

“Sudahlah tidak usah ribut besok kalau sudah kaya tak kasih tahu di mana aku cari uang.”

Begitulah teman kerjaku yang satu ini. Biasa di panggil Abah oleh teman-teman sekantor karena dua anak perempuannya di rumah biasa memanggil Abah. Kerja di sini memang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi yang namanya manusia pasti ingin hidup lebih. Ingin kaya. Walaupun kaya itu ukurannya sangat relatif. Kaya itu identik dengan perasaan cukup. Kalau sudah merasa cukup dengan gaji perbulannya berarti sudah kaya. Bila belum merasa cukup berarti miskin. Jadi, kaya tidaknya seseorang tergantung dari cukup atau tidaknya dalam menggunakan uang yang diperoleh.

Aku jadi ingat dengan tetanggaku di kampung. Kedua wanita ini pedagang ikan. Mereka membeli ikan dari nelayan dan dari petani tambak. Kemudian menjualnya di pasar setiap hari. Tempat berjualan mereka berdampingan.

“Habis berapa kilo? Pasar hari ini sepi sekali. Dagangan yang hanya sepuluh kilo terjual separo.”

“Sama, aku juga begitu. Mungkin harga ayam turun karena isu flu burung. Banyak orang yang beli ayam.”

“Sekarang kita kaya ikan ya, Makyu.”

“Tapi teman kita Yu Harti jam sepuluh tadi sudah habis dagangannya.”

“Begitulah, Mbakyu, rezeki orang itu berbeda-beda.”

“Tapi ada yang bilang Yu Harti itu mengambil pesugihan.”

“Ah, yang benar. Yu Harti itu orangnya rajin shalat. Bahkan sering ke mushala.”

“Tapi, siapa tahu itu untuk menutupi saja.”

“Mungkin, ya. Tapi, kok tidak ada sanak saudaranya yang tiba-tiba meninggal? Biasanya pesugiahan itu kan ada tumbalnya.”

“Tidak semua seperti itu lho Mbakyu. Ada yang tumbalnya binatang.”

“Wah kalau yang begitu enak, ya.”

“Mbakyu tertarik. Bagaimana kalau kita sama-sama ke sana. Malam Jumat Legi yang akan datang kita ke sana.”

Pada hari yang ditentukan berangkatlah mereka ke pulau yang oleh masayarakat sekitar disebut pulau kera. Tekad mereka telah bulat. Mereka ingin kaya. Mereka berempat dengan suami masing-masing. Pulau itu dihuni banyak kera. Setiap orang yang ingin kaya dari situ harus menyerahkan seekor kera betina. Ada baiknya untuk menjaga kelestarian satwa yang paling mirip dengan manusia ini. Mengapa betina?

“Wanita itu yang menjaga harta benda di keluarga. Sedangkan laki-laki tugasnya mencari. Laki-laki yang datang ke sini harus mencari wanita lain. Harus berhubungan dengan wanita lain! Seperti layaknya kera jantan yang di atas sana itu kawin dengan sembarang betina berganti-ganti. Apakah sanggup dengan persyaratan ini?”

Mereka saling berpandangan satu sama lain.

“Ya, Mbah. Kami sanggup.”

“Nanti tepat tengah malam lakukanlah untuk mandapatkan berkah dari penunggu pulau ini. Lakukanlah sebebas-bebasnya kayak monyet yang di pohon itu. Jangan malu-malu, mereka pun tidak malu kita lihat.”

Pulau kera itu hanya dihuni oleh kera. Mereka makan buah-buahan yang ada di pulau itu. Tidak ada orang yang berani tinggal di situ. Termasuk mengambil buah-buahan yang ada di situ.

Setiap malam Jumat Legi mereka datang ke Pulau Kera. Ritual yang mereka lakukan tidak pernah dengan wanita atau lelaki lain. Mereka hanya bertukar pasangan. Semakin hari dagangan mereka semakin laris. Setiap hari semakin banyak pula mereka membeli dagangan dari nelayan. Keuntungannya semakin banyak. Mereka bersaing dalam hal dandanan. Kalung emasnya yang menyerupai rantai kapal dikenakannya di mana-mana. Gelangnya krincang-krincing setiap kali bergerak. Sebagai pedagang ikan di pasar mereka tidak lagi melayani pembeli sendiri. Mereka hanya bertugas menerima uang dari pembeli dan memberikan uang kembalian. Ada asisten yang menimbang dan membungkus ikan. Pedagang ikan yang lain banyak yang iri.

Pada Jumat kliwon ketiga belas mereka berhalangan datang ke Pulau Kera karena hujan deras. Angin kencang sehingga tidak ada pemilik perahu yang berani mengantarkan ke sana.

Seperti biasanya hari Minggu itu mereka mencari dagangan di TPI tempat para nelayan menjual ikan hasil tangkapannya. Namun Minggu itu banyak nelayan yang pulang dengan sedikit hasil tangkapan. Badai di laut telah membuat mereka kesulitan menangkap ikan. Bahkan ada perahu yang tenggelam.

Dengan sedikitnya ikan tangkapan nelayan maka para pedagang ikan berebut membeli walaupun dengan harga yang tinggi.

“Lho, Mbakyu, ikan di keranjang itu sudah saya beli.”

“Tidak bisa, saya sudah ngomong dengan Kang Peno dari tadi.”

“Saya sudah membayar.”

“Saya juga sudah.”

Mereka tarik-menarik keranjang ikan itu. Hingga ada ikan yang terlontar jatuh karena kerasnya tarikan. Adu mulut pun tak terhindarkan.

“Sudahlah lah Yu, salah satu mengalah. Ini salah saya. Saya kembalikan uang kamu.” Nelayan pemilik ikan itu menengahi.

“Tidak, saya sudah membeli ikan ini. Kembalikan uang itu pada lonthe itu!”

“Apa, kau bilang aku lonthe. Kamu sundel yang keenakan dengan suami orang.”

“Kamu sama saja. Enakan kamu yang dengan suami saya yang ganteng, gagah.”

“Tidak bisa, suami kamu ganteng tapi kecil, tidak sebesar sumiku, ngak enak, bahhh.”

Kata-kata yang meluncur dari mulut masing-masing semakin tidak terkendali. Semakin kasar. Semakin jorok. Semakin menjijikkan. Tidak sepantasnya diucapkan dihadapan kerumunan orang yang menyaksikan pertengkaran itu. Mereka tidak lagi seperti manusia. Ekspresi mereka lebih menyerupai kera.

Adu mulut sepertinya tidak cukup. Perkelahian akhirnya dilanjutkan dengan adu fisik. Tidak ada orang yang mampu melerai. Mereka saling jambak. Saling pukul. Saling tendang. Saling banting. Mereka berguling-guling. Saling cakar hingga pakaian yang mereka kenakan tidak karuan bentuknya. Compang-camping. Sobek di sana-sini. Sambil meringis mereka saling menyerang. Saling mencakar. Tinggal sebagian kecil pakaian yang mereka kenakan yang masih melekat di tubuh. Namun belum ada tanda-tanda pertarungan akan berhenti. Mereka tampak semakin buas. Ada beberapa lelaki yang mencoba menangkap kedua wanita itu, tetapi malah menjadi korban terkena cakaran pada wajahnya hingga berdarah. Orang-orang yang menyaksikan semakin ketakutan. Mereka mundur beberapa jengkal.

Perkelahian kedua wanita itu semakin sengit. Gerakan-gerakannya tidak lagi seperti wanita. Juga tidak seperti lelaki. Mereka sering mencakar dengan meloncat-loncat. Sambil berteriak tetapi seperti teriakan kera. Mereka kesurupan. Sekujur tubuhnya kelihatan karena pakaiannya robek. Darah belepotan di sekujur tubuh mereka. Mereka tetap menjambak, memukul, dan mencakar sambil meloncat-loncat.

Orang yang ada di situ semua menyaksikan. Semua orang melongo. Mereka menyaksikan dengan heran. Tidak masuk akal wanita bertengkar hingga seperti itu.

Mereka adalah monyet yang berebuk makanan. Mereka adalah monyet yang berebut pejantan. Berkejar-kejaran saling menyerang hingga salah satu kalah.

Namun kera-kera manusia yang sedang bertengkar ini sama kuatnya. Belum tampak siapa yang bakal kalah.

“Mereka kesurupan kera.”

“Ya, benar mereka kesurupan kera. Kasihan meraka.”

“Panggilkan ki dukun!”

Datanglah dukun yang diboncengkan oleh salah seorang lelaki. Setelah meminta air segelas dukun itu komat-kamit beberapa saat. Lalu air dalam gelas itu ditiupnya dengan lembut tiga kali. Dengan air dalam mulut mendekatlah ki dukun ke arena perkelahian. Disemburkannya air itu ke kedua wanita itu.

Kedua wanita itu memang bukan manusia lagi. Tanpa kata-kata keduanya kompak berbalik menyerang ki dukun. Ki dukun dihajar habis-habisan. Dijambak. Dipukul. Diterkam. Dicakar hingga babak belur dan akhirnya jatuh terjerembab di tanah. Ki dukun tak bernapas lagi kehabisan tenaga. Tak satupun orang yang berani menolong. Orang-orang semakin menjauh. Takut menjadi korban seperti ki dukun.

Orang-orang yang menyaksikan merasa ngeri, betapa sakitnya dengan kulit terkoyak-koyak seperti itu. Tetapi kedua wanita itu seolah-olah tak mersakan sakit sedikit pun.

Di tengah keputusasaan itu muncullah seorang nelayan yang membawa jaring ikan yang biasa digunakan untuk menangkap ikan di laut.

“Mari kita jaring mereka.”

“Ya, betul. Tidak ada makhluk hidup yang mampu lepas dari terkaman pukat harimau ini.”

“Ayo.”

Semua lelaki kompak bangkit untuk mengakhiri perkelahian itu. Lelaki yang ada disitu bersama-sama memegang jaring. Mereka membentuk formasi melingkar. Dengan langkah pasti mereka maju mempersempit arena. Dan kedua wanita itu tidak bisa bergerak lagi di dalam jaring ikan. Bahkan tidak bernapas lagi. Mereka telah menjadi tumbal kekayaannya sendiri.

Dari peristiwa inilah semua orang tahu bahwa kedua wanita itu ingin kaya secara cepat dengan meminta kekayaan di Pulau Kera. Karena gerakan berkelahinya menyerupai monyet yang bertarung. Itulah orang yang dengan jalan pintas untuk mencapai tujuannya. Celaka oleh ambisinya sendiri.

Cara gampang dapatkan Uang ( Pesugihan )

Pesugihan tanpa resiko apapun, tanpa tumbal, tidak mengambil rezeki anak cucu, tanpa melakukan ritual apapun...anda akan kaya-raya dengan memanfaatkan kesaktian pesugihan ini. Mahar sekian...mas kawin sekian... tidak melanggar ajaran agama, dll.....
Hanya orang GOBLOK saja yang mau mempercayai kebohongan besar seperti itu! Tapi gilanya, ternyata memang banyak orang goblok di Indonesia tercinta ini.
Mau bukti? Lihat saja iklan-iklan paranormal yang menjamur di berbagai media massa. Mulai dari iklan uang balik, bank ghaib, melipat gandakan uang, menambah uang di ATM, pesugihan bermacam-macam jenis, dll. Semua menjanjikan anda kaya raya tanpa resiko… Kalau tidak banyak orang yang berhasil mereka bodoh-bodohi, mana mungkin iklan mereka terus menerus terbit.

Mau kaya-raya uang banyak tapi tidak mau bekerja, mau kaya-raya tapi tidak mau menanggung resiko….mana mungkin!?! Kami beritahu anda, kaya-raya tanpa harus bekerja apapun itu memang benar ada, tetapi tanpa resiko? itu BOHONG BESAR!
Semua harta kekayaan yang didapat dengan cara instant begitu semua mengandung resiko! Resiko terkecil yang bisa anda pikirkan ialah dosa. Semakin besar kekayaan yang anda inginkan, semakin besar pula resiko yang harus anda pikul. Nah, sekarang tergantung anda…apakah anda type orang yang sanggup menanggung resiko? Menanggung dosa? Bila ya… silahkan terus membaca.
Resiko yang akan anda hadapi yang terkecil adalah dosa.…silahkan saja anda menafsirkan perkataan itu sendiri. Kami tidak akan menutup-nutupi dengan mengatakan: “Oh, itu tidak merupakan dosa, tidak melanggar aturan agama manapun, bukan merupakan syirik, dll, dll.”

Pesugihan selalu ada tumbal nya!

Tumbal seperti apa? tumbal nyawa? Pasti!…. nyawa apa atau siapa? Nah….ini tergantung…. tergantung berapa besar kekayaan yang anda inginkan. Mulai dari nyawa seekor kambing bila anda menginginkan kekayaan seperti seorang pedagang grosiran pasar yang sukses atau seekor kerbau bila anda menginginkan kekayaan seperti seorang pemilik show room mobil mewah atau seorang manusia bila anda menginginkan kekayaan seperti layaknya seorang pemilik pabrik besar….atau nyawa anda sendiri bila anda menginginkan kekayaan seperti seorang konglomerat.

Nah...apa pilihan anda? ingin kaya seperti yang mana? Atau....anda mulai jadi takutkah...?
Kami beritahu anda, yang dimaksudkan dengan tumbal nyawa manusia di atas bukanlah seperti gambaran yang ada dalam benak anda saat ini. Tidak akan ada orang yang akan mati…….tidak akan ada orang yang harus mati dicekik setan atau dimakan raksasa dalam proses “penumbalan” ini seperti yang anda sering tonton pada sinetron misteri di tv.

Mungkin pada aliran pesugihan lain hal tersebut bisa jadi ada benarnya terjadi, tetapi di sini - pada kami, hal itu tidak akan terjadi. Yang biasanya seperti itu adalah jika anda berurusan dengan mahluk-mahluk ghaib kelas rendahan yang maunya hanya memberi sedikit tetapi meminta banyak dari anda. Sudahlah menempuh kesukaran dan bahaya belum lagi keluarga/ anak bahkan diri anda sendiri bisa-bisa menjadi tumbal, sialnya anda tidak pula kaya-kaya amat...

Jadi jika saat ini anda sedang "ada urusan" dengan kelas rendahan seperti itu dan anda merasa tidak puas akan hasil yang anda dapatkan, silahkan mengikuti kami. Dijamin perjanjian anda terdahulu seketika batal (ikatan/ kontrak) berpindah dan silahkan menikmati hasil yang jauh lebih banyak dengan mengikuti kami. Resiko sama bahkan mungkin jauh lebih kecil, mengapa harus puas dengan yang sedikit? Seperti orang main judi, jangan main pada bandar kecil... ada kemungkinan anda menang tidak dibayar! Jadi jangan tanggung-tanggung, kepalang basah, mandilah sekalian!

Pesugihan Anak Dewa

Pesugihan jenis ini sampai saat ini merupakan jenis pesugihan yang terbaik. Terbaik bila dipandang dari sudut besarnya kekayaan yang pasti dihasilkannya dibandingkan dengan biaya dan resiko yang harus anda keluarkan/ jalani untuk mendapatkannya. Pesugihan jenis ini bernama Pesugihan Anak Dewa bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Ritual sex pesugihan Anak Dewa ini berasal dari ritual ilmu kekayaan Persia kuno. Anda tidak sedang berurusan dengan setan kecil tetapi dengan Dewa Besar penguasa harta kekayaan dunia. Anda tidak perlu tahu bagaimana cara dan asal-usulnya, yang perlu anda ketahui adalah banyak orang-orang kaya dan terkenal dunia memanfaatkan cara ini untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan besar.


Proses Awal dengan Ritual Sex

ritual sex pesugihanAwalnya akan terjadi "persetubuhan" antara anda dengan seorang perempuan yang bersedia mengandung benih anda (bila anda seorang lelaki), atau antara anda dengan seseorang pria yang bersedia memberikan benihnya pada anda (bila anda seorang wanita).

"Persetubuhan" ini setengah ghaib sifatnya, anda tidak harus benar-benar menyetubuhi atau disetubuhi oleh seseorang lain secara fisik. Bila anda seorang pria yang harus anda lakukan adalah melakukan (maaf) onani pada waktu yang telah kami tentukan. Dan bila anda wanita, anda harus melakukan (maaf) masturbasi pada waktu yang telah kami tentukan. Hanya itulah, sekali itu saja, tidak ada yang lain lagi.

Untuk pria, anda harus benar-benar ber-ejakulasi. Untuk wanita, anda tidak harus sampai orgasme. Yang penting anda “lakukan” saja dan khayalkan sesuatu yang mampu membuat anda terangsang hebat secara seksual. Asal “basah”, ya cukuplah.

Setelah hal itu anda lakukan maka benih anda dan benih pria/ wanita yang telah bercampur dan bersatu secara ghaib itu menjadi janin hidup Anak Dewa yang kelak akan menjadi "tumbal pengganti" dan dititipkan ke dalam rahim seorang perempuan yang bersedia menjadi “pengandung” sewaan untuk dibesarkan.


Tumbal Pengganti

Janin Anak Dewa tersebut akan tumbuh makin membesar hari demi hari, layaknya kandungan normal. Perempuan yang menjadi “pengandung” sewaan itu akan kelihatan seperti perempuan hamil layaknya, tidak ada bedanya. Bedanya hanya terletak pada masa kehamilannya saja yang jauh lebih cepat dari bayi manusia biasa.

Tepat 3 bulan 10 hari (100 hari) sang Anak Dewa akan lahir. Tetapi bukan lahir ke dunia ini. Tiba waktunya kandungan itu akan “raib” begitu saja. Kandungan yang tadinya terlihat besar akan hilang begitu saja, perut perempuan yang jadi “pengandung” akan kembali normal seperti semula mengecil seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Sang Anak Dewa berpindah alam, yang secara harfiah kita manusia menyebutnya sebagai mati, tetapi sebenarnya ia akan hidup dan menjadi besar sebagai tentara ghaib di alam sana. Dialah yang menjadi tumbal pengganti dari keinginan anda untuk mendapatkan kekayaan besar dengan cara yang mudah, anda memberikan "anak" anda sebagai bala tentara sang Dewa Besar.

Tentu terbersit di pikiran anda, tentara untuk apa? Nah, stop sampai di sini, itu bukan urusan anda oke! Yang jelas anda jadi kaya raya persis seperti keinginan anda, dan anda tidak ada kehilangan apapun dalam hidup ini. Cukup adil bukan?


Selamat Tinggal Kemiskinan, Selamat Datang Kekayaan!

uang pesugihanSejak saat kelahiran (raibnya) sang Anak Dewa, maka segala keinginan anda atas harta kekayaan akan segera terpenuhi. Hidup anda yang tadinya telah empas-empis dikejar-kejar hutang atau diancam-ancam debt kolektor akan segera berbalik menjadi orang kaya-raya dengan serta-merta. Tidak ada yang tidak mungkin, apapun yang anda lakukan, apapun yang anda kerjakan semuanya akan menghasilkan uang besar bagi anda. Selamat tinggal kesulitan...


Syarat Utama Jalan Kekayaan

Yang harus anda lakukan dalam menyambut kelahiran sang Anak Dewa adalah anda harus telah mempunyai usaha (sekecil apapun) karena lewat jalan usaha anda itulah harta kekayaan yang anda impikan datang. Kalau anda hanya kerja makan gaji, tidak ada jalannya. Maka wajib bagi anda setelah meminta kepada kami Pesugihan Anak Dewa ini, anda harus segera memulai suatu usaha dagang apa sajalah, umpama: buka warung kecil jualan rokok atau coba-coba jadi sales keliling apa saja bisa.

Saran kami, lebih baik jadi sales/ marketing, karena kalau buka warung/ toko kecil akan menimbulkan pertanyaan di hati masyarakat sekitar dari mana anda bisa kaya dengan mendadak? dasar usaha anda kelihatan! Kalau kerja sales/ marketing kan tidak kentara, bisa saja anda membual bahwa telah sukses me-makelar-i proyek besar atau berhasil menjual produk dengan jumlah fantastis (dan memang kurang lebih seperti itulah yang akan terjadi nantinya). Anda mengerti maksud kami?

Bahkan sebelum kelahiranNya-pun usaha anda yang semula kecil dan remeh akan semakin membesar seiring dengan semakin membesarnya juga kehamilan sang Anak Dewa. Tepat setelah kelahirannya, anda boleh saksikan dengan mata-kepala anda sendiri, usaha anda akan meledak! tak akan terpikirkan lagi oleh anda untuk sempat menghitung hasilnya kelak.


Apakah ada hal lain yang harus anda lakukan setelah semua keinginan anda tercapai?

Tidak ada satupun kewajiban anda lagi. Tidak perlu buat sesajenan, bakar kemenyan, mandi bunga, baca mantera atau hal-hal aneh lainnya. Kalaupun ada, anda hanya harus menyimpan “kunci” yang nanti akan kami kirimkan kepada anda setelah ritual awal dilakukan dengan sebaik-baiknya...TIDAK BOLEH HILANG!!! Kalau sampai hilang atau tercuri orang, anda harus mengulang segalanya mulai dari awal lagi…bila tidak, apa yang sudah anda dapatkan akan berangsur habis dan anda jatuh miskin lagi! Harap hal ini anda ingat baik-baik… Karena esok nanti belum tentu kami masih hidup dan bisa membantu anda lagi.


Apakah ada mempunyai pantangan?

Tidak ada satupun pantangan lagi. Apapun kehendak hati anda lakukanlah! Yang ada adalah anda akan "dibantu" untuk melaksanakan apapun yang anda kehendaki di dalam hidup ini terutama keinginan naluri dasar anda. Ada sesuatu rahasia besar yang akan kami beritahukan tentang apa saja yang akan anda dapatkan dan apa saja yang mampu anda perbuat kepada manusia lain setelah melakukan ini semua, tetapi tidak sekarang, itu adalah pengetahuan untuk pengikut saja, anggaplah itu bonus rahasia yang manis. Apabila anda cukup cerdas, anda sebenarnya pasti sudah bisa mengira-ngira.


Biaya yang harus anda bayarkan berbeda antara pria dan wanita.

Biaya tersebut akan menurun menjadi hanya Rp.11.250.000,- bila anda tidak ada memakai orang sewaan, tapi melakukan ritual awalnya dengan pasangan anda sendiri (bukan istri/ suami sendiri boleh), dan bersedia mengandung janin sang Anak Dewa sendiri.

Ada juga beberapa orang yang mungkin sedang benar-benar kesulitan keuangan melakukan ritual awal serta mengandung janin sang Anak Dewa sendiri, sama saja tidak masalah. Sebaliknya ada juga yang memakai beberapa orang sewaan sekaligus untuk mempercepat dan memperbesar hasil yang diinginkannya. Maksimal 7 (tujuh) orang perempuan yang diperbolehkan mengandung sang Anak Dewa pada saat yang bersamaan untuk satu orang pemilik (anda), lebih dari pada itu tidak diperbolehkan karena akan “agak” berbahaya karena akan sulit dikendalikan pada waktu “kelahirannya” kelak. Juga rasanya sangat jarang ada orang yang mampu melakukan persetubuhan 7 kali dalam semalam!

Pesugihan Tumbal Hewan

Untuk anda yang lebih memilih untuk menumbalkan kambing atau kerbau saja, memang cara ini lebih “manusiawi” walaupun biayanya sebenarnya jauh lebih mahal dibandingkan hasilnya.

Biaya ritual minta pesugihan ini Rp.11.550.000,- ditambah harga seekor kambing betina yang sedang bunting dengan ciri khusus di kepalanya

Kelebihan penumbalan kambing ataupun kerbau ini hanyalah pada kemungkinan kecepatan hasil yang didapatkan dan menghindari perasaan bersalah bagi beberapa orang yang mungkin agak sensitif hatinya.

Catatan: Tumbal kerbau mempunyai hasil yang kurang lebih sama dengan tumbal Anak Dewa, bedanya ya itu...harganya sangat mahal dan kerbau betina bunting yang sesuai (ada tanda khusus di kepalanya) sangat jarang dijumpai.
Pesugihan Tumbal Umur

Dan terakhir, bagi anda yang sudah KALAP dan NEKAD karena terjepit oleh waktu dan menginginkan hasil yang sangat cepat dan sekaligus (tepat 10 hari) dan hasil sangat luar biasa besar sesuai permintaan dan negosiasi (bukan dengan kami !) dan bersedia “menumbalkan” diri anda sendiri (menjual umur), silahkan berkonsultasi kepada kami. Kami bisa jadi perantara anda dengan "sang Empunya harta".

Kami sama sekali tidak menganjurkan, tapi hal itu bisa dilakukan, terserah anda... biaya Rp.11.750.000,- tidak kurang atau lebih 1 (satu) sen rupiah pun. Harap diingat, cara ini hanya sebagai jalan terakhir, daripada anda dibunuh orang atau bunuh diri!

Permintaan Konsultasi

1. Untuk anda yang ingin berkonsultasi/ berminat mengenai proses ritual pesugihan tumbal "Anak Dewa" atau pesugihan tumbal hewan diwajibkan Kirim e-mail ke " masterbungkang@gmail.com "

2. Untuk anda yang ingin berkonsultasi/ berminat mengenai proses ritual pesugihan "Tumbal Umur" diwajibkan Kirim e-mail ke " masterbungkang@gmail.com "
Bila tidak dilakukan maka tidak akan dilayani! (hal ini terpaksa dilakukan untuk menguji kesungguhan hati peminat karena banyak yang hanya sekedar iseng ingin tahu, maaf saja waktu kami terbatas).

Setelah itu, silahkan kirim nama lengkap anda; tanggal lahir; nama ibu kandung; nomor handphone dan alamat lengkap serta hal apa yang ingin anda tanyakan dengan terang dan jelas ke email di atas.

Semua Keputusan ada ditangan anda .
Rezeki , Jodho ,Dan Ajal Hanya Allah Yang Punya.
Kita sebagai manusia di Wajib kan Berusaha.
" Selamat Mencoba "

Cara Gratis Datangkan Uang Gaib

Memang, tak mudah menjawab pertanyaan tersebut, terlebih ketika kita menganalisis masalah uang gaib ini dari sudut logika. Tentu yang ada hanya kebuntuan belaka. Bagaimana mungkin ada tumpukan uang di alam nun jauh di seberang sana? Lalu, siapa yang memilikinya, dan bagaimana uang tersebut bisa tersedia? Yang paling membingungkan, dengan cara seperti apa uang itu bisa dihadirkan ke dunia nyata?

Semua pertanyaan tersebut bisa membuat kita pusing tujuh keliling memikirkannya. Jangankan mencari jawabannya, untuk membayangkannya saja bisa membuat kita senewen.

Namun, kesenewenan itu juga yang membuat fenomena ini selalu menyedot perhatian. Terlebih di zaman krisis ekonomi seperti sekarang ini. Buktinya, ketika Misteri memuat artikel tentang Ritual Mendatangkan Uang di Bawah Sajadah, maka staf redaksi kami kewalahan menjawab telepon, belum lagi faks dan email. Semua pertanyaan dan surat yang masuk bernada sama dan sebangun, yakni: “Benarkah ritual tersebut bisa dibuktikan?”

Tentu, kami tidak dapat menjawab “benar” atau “tidak.” Namanya saja hal gaib, pasti tak mudah diberi label “benar” atau “tidak” bila kita belum membuktikannya sendiri, atau setidaknya pernah mendengar kesaksian dari seseorang yang pernah membuktikannya. Sinyalemen terakhir ini, setidaknya cukup menjadi alasan bagi Misteri bahwa ritual tersebut sangat mungkin kebenarannya, namun sudah tentu dengan sederet catatan-catatan.

Deretan catatan tersebut berhubungan dengan si pelaku ritual, juga ketentuan dari ritual dimaksud. Dari sisi si pelaku, tentu dia harus sungguh-sungguh, ikhlas, dan istikomah dalam menjalankan ritualnya. Sementara dari sisi ketentuan ritual, jelas berhubungan dengan aneka macam persyaratan, seperti tempat, saat mustajabah, juga berbagai sesaji yang dibutuhkan. Kalau kedua hal ini dapat terpenuhi dengan baik, maka berdasarkan pengalaman dari sejumlah kesaksian, sudah barang tentu ritual akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Memang, tak mudah membuktikan kebenaran di balik ritual mendatangkan uang ini. Ibaratnya, dari seribu orang yang melakukan ritual, barangkali hanya satu orang yang bisa membuktikan kebenarannya. Orang yang berhasil ini bukan semata-mata karena dia menjalankan ritual dengan benar, tapi sangat mungkin karena ada kriteria lain yang menjadi sebab pendorong keberhasilannya. Misalnya saja, orang ini memang memiliki alasan untuk melakukan ritual tersebut karena dia sangat membutuhkan uang untuk membayar utang, atau mencari biaya untuk pengobatan orang tuanya yang sakit keras. Karena jalan lahiriyah sudah buntu, maka jalan batiniah dipilihnya. Dengan sebab ini maka dia memiliki sugesti yang sangat kuat untuk bisa berhasil. Auto power sugesti ini merupakan modal yang sangat kuat baginya untuk berhasil, disamping dengan dukungan kesungguhan dan keikhlasannya dalam melakukan ritual.

Para Ulama Sufi dan Ahli Hikmah memang berkeyakinan bahwa ritual mendatangkan uang gaib ini tidak bisa digunakan untuk tujuan “main-main”. Maksudnya, siapapun yang ingin melakukan ritual ini harus benar-benar memiliki alasan yang kuat dan tepat, bukan hanya dengan maksud ingin mencoba-coba.

“Kalau dilakukan hanya dengan mencoba-coba, maka saya jamin ritual akan gagal!” ungkap Prayoga Gemilang, yang pernah membikin heboh dengan diktat gaibnya tentang upaya mendatangkan uang gaib. Menurutnya, hanya orang yang sungguh-sungguh terdesak oleh suatu kebutuhan, seperti harus segera membayar utang karena nyawanya terancam, yang bisa membuktikan keampuhan ritual ini.

Hal senada juga dikatakan oleh Saipudin. Menurut paranormal muda yang juga pakar Ilmu Hikmah ini, banyak orang yang tergoda melakukan perburuan uang gaib atau melakukan ritual mendatangkan uang gaib, tanpa mengerti esensi yang sebenarnya dari ritual ini. Dia mengatakan, para pelaku ritual umumnya memang mengerjakannya dengan setengah hati, karena di awal mereka sesungguhnya sudah merasa ragu. Keraguan ini sangat mungkin terjadi karena pelaku tidak memiliki modal sugesti yang kuat.

“Padahal, sugesti itu modal utama dalam ritual apa saja, sebab sugestilah yang menuntun ke arah keberhasilan. Walaupun ritualnya ampuh, kalau sugesti pelakunya lemah, maka besar kemungkinan tidak bisa menunjang keberhasilan. Atau, kalaupun berhasil tentu tidak memuaskan,” papar Saipudin, menegaskan.

Untuk membuktikan kebenaran pendapat tersebut, marilah kita simak cerita yang dituturkan oleh Muhi Juhana, tentang seorang sahabatnya yang bernama Surya. Sahabatnya ini, adalah seorang yang melakukan ritual peminjaman uang gaib…:

Ketika ditemui di rumahnya, Surya dengan gamblang menjelaskan bahwa apa yang disebut sebagai Bank Gaib itu memang benar-benar ada.

Dipaparkan oleh Surya, walau dia gagal dalam ritual tersebut, tetapi dia telah mencoba melakukan ritual yang sebenarnya tidak memerlukan biaya besar. Cukup tiga batang lilin merah yang sebelumnya telah diisi oleh seorang Kyai, wewangian dan membakar madat, serta berpakaian bersih saat melakukan ritual.

Sudah barang tentu, sebelumnya Surya diwajibkan untuk melakukan puasa mutih selama tiga hari tiga malam, yang dimulai pada hari Selasa. Tepatnya mulai Selasa, Rabu dan Kamis.

Malam Jum’atnya, dia tidak tidur sama sekali. Ketiga lilin merah itu dibakar dan diletakkan berjajar. Tak lupa Surya juga memakai wewangian dan membakar madat serta membaca amalan tertentu untuk mengundang khodam yang akan mengantarkan uang kepadanya.

Sebelumnya, sang Kyai berpesan kepada Surya, “Ingat, jangan sekali-kali membuka pintu jika terdengar ada yang mengetuk dari luar. Biarkan khodamnya masuk ke kamarmu sambil membawa uangnya!”

Ringkas cerita, saat Surya melakukan ritual di kamar khususnya malam itu, sementara isterinya membantunya dengan melakukan wiridan di kamar yang berbeda, sesuatu yang aneh memang terjadi. Sekitar pukul 02.30 WIB, lamat-lamat terdengar suara derap kaki kuda yang menghela kereta berhenti tepat di depan rumahnya. Dan tak lama kemudian, terdengar gedoran keras pada pintu depan rumah.

Mendengar gedoran yang keras tidak alang kepalang, dengan serta merta Surya pun bangkit karena jengkel. Dia lupa akan pesan sang Kyai. Dan ketika daun pntu dibukanya, dia tak melihat siapa pun. Yang ada hanyalah kegelapan malam. Ketika sadar, Surya pun menyesal. Dia telah melanggar pantangan. Dan uang yang amat diharapkan tidaklah didapatkan

Isteri Surya memberi kesaksian, “Saya melihat dengan jelas seolah tidak ada penghalang tembok sama sekali. Di luar sana, tampak ada seorang wanita cantik turun dari kereta kencana sambil membawa bungkusan yang digendong di belakang dengan kain. Mirip pedagang kain. Dan perempuan itu langsung saja menggedor pintu depan.”

Demikian kisah Muhi Juhana tentang sahabatnnya yang bernama Surya. Pengalaman Surya jelas telah membuktikan betapa Bank Gaib itu benar adanya. Sudah tentu, jika kita mau menjalani ritualnya dengan tulus, tekun dan sabar, maka kita akan mendapatkan uang yang kita harapkan. Namun, seperti yang disinggung Saipudin, kebanyakan orang yang melakukan ritual ini memang setengah hati. Maksudnya, kurang khusyuk dan tidak memiliki modal sugesti yang kuat.

***

Masih ada kisah lain yang tak kalah menawan. Beberapa tahun silam, Misteri mempunyai sahabat bernama dr. Kadarisman yang waktu itu tinggal di dearah Rawamung, Jakarta Timur. Dokter spesialis mata ini dikenal sebagai orang yang zuhud dalam menjalankan agamanya. Sejak masih kanak-kanak sampai kuliah, dia selalu tekun bangun di tengah malam dan sholat Tahajjud.

Sampai suatu ketika saat Kadarisman masih kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dia terdesak uang untuk biaya ujian praktek. Jumlahnya waktu itu lumayan besar. Sebagai anak yatim yang sudah mandiri sejak kecil, Kadarisman tentu tidak bisa berharap kiriman uang dari keluarganya.

Di tengah kebingungan itu, Kadarisman bertemu orang tua yang sangat zuhud. Dari orang tua inilah dia memperoleh sebuah ritual yang diperuntukkan sebagai usaha menghadirkan uang dari alam gaib. Dengan kezuhudan dan ketakwaannya, Kadarisman lalu menjalankan ritual yang diperolehnya. Tiga hari menjalankan ritual dimaksud, hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Suatu pagi, ketika Kadarisman ingin berganti pakaian, maka di bawah tumpukan pakaiannya terdapat uang kertas yang masih serba baru. Aneh bin ajaib! Jumlahnya sama persis dengan kebutuhannya untuk membayar uang ujian….

Demikianlah kisah menawan yang dialami oleh dr. Kadarisman, sahabat Misteri yang budiman. Menyimak kisah tersebut, maka jelas sekali bahwa uang gaib itu memang ada, tanpa kita perlu menanyakan di mana keberadaannya, sebab masalah gaib itu memang tak pernah bisa terjawab dengan tuntas.

Ditegaskan oleh Saipudin, perkara uang gaib ini sebenarnya tak perlu dipertentangkan lagi. Dalam beberapa kitab Ilmu Hikmah, memang terdapat petunjuk-petunjuk ritual untuk mendatangkan uang dari alam gaib.

“Kalau ritualnya ada, maka secara logika uang gaib itu bisa dinyatakan benar keberadaannya. Karena itu, menurut hemat saya hal ini sudah bukan fenomena lagi, tapi merupakan fakta,” tegas Saipudin. Untuk mendukung tesisnya tersebut, dia membeberkan sebuah ritual untuk menghadirkan uang dari alam gaib. Disebutkan olehnya, ritual rahasia ini diperolehnya dari ijazah seorang ulama sufi terkenal di Banten. Berikut ini paparan lengkapnya:

- Untuk melakukan ritual ini, maka carilah bulan yang awal harinya dimulai dengan hari Sabtu. Jadi, ritual ini dimulai pada hari Sabtu, persis di awal bulan (bulan apa saja), dengan tidak mengkonsumsi makanan yang bernyawa dan apa saja yang berasal darinya.

- Setiap hari membaca “YA KARIIM YA ROHIIM” sebanyak-banyaknya. Khusus setelah sholat fardhu “YA KARIIM YA ROHIIM” dibaca sebanyak 1000, setelah itu membaca doa berikut ini sebanyak 7 kali: “ALLAAHUMMA AS’ALUKA BIBUUKOOLIIMA SYUUNAAHIILA YA SYAHRIINA AS’ALUKA BIHURMATI KASYAHIILA BARDIIMA BAHROO’IILA AJAAJIILA AZAASIILA WA AS’ALUKA BIHURMATI JIBRIIL WA MIIKAA’IIL WA ISROOFIIL WA IZROO’IIL WA BIHURMATI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SOLLALLAAHU ALAIHI WA SALLAMA WA BIHAKKI YAA KARIIM YAA ROHIIM ANTARZUKONII KULLA YAUMIN DIINAARON ASTA’IINA BIHII ALAA KUUTII WAL HAJI ILA BAITILLAH ALHAROOM.”

- Pada minggu kedua dalam rangkaian ritual Anda tetap tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang bernyawa, atau segala sesuatu yang berasal daripadanya, dan diharuskan tetap menjalankan ritual seperti yang dijelaskan di atas. Kemudian pada tanggal 12,14, dan 15 berpuasalah. Namun, buka dan malam harinya tidak boleh mengkonsumsi makanan yang bernyawa serta segala sesuatu yang berasal daripadanya.

- Bila ritual yang Anda jalankan masih terus berlangsung sampai malam Jum’atnya (malam terakhir dari ritual Anda), maka Anda harus mandi jinabat kemudian mengenakan pakaian yang bersih dan memakai wewangian, seperti minyak misik atau zafaron. Pada tengah malam pas pukul 00.00, Anda harus menunaikan sholat Isya. Kemudian setelah sholat Isya bacalan amalan-amalan berikut ini: SUBHANALLAH 33X, ALHAMDULILLAH 33X, LA ILAHA ILLALAAH 33X, ALLAHU AKBAR 33X, ALLAAHUMMA SOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD 1000X, YA KARIIM YA ROHIIM 1000X, ALLAAHUMMA SOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALIHI WA SOHBIHI WA SALLIM ASSOLAATU ALA ROSUULILLAH SOLLALLAAHU ALAIHI WA SALLAMA 1X, AYAT KURSYI 3X, AL IKHLAS 3X, AL FALAQ 1X, ANNAS 1X, ALLAAHUMMA AATIHIL WASIILAH WAL FADIILLAH WADDAROJAH ARROFII’AH WAB’ATSHU WAL MAKOOMAL MAHMUUDAL LADZII WA’ATTAH WA AURONAA HAUDOHO WASKINAA MIN YADIHI SYARBATAN LA NATMA’ANNA BA’DAHA ABADAN 1X. Ingat, sewaktu mewridzkan semua amalan di atas jangan sampai tertidur, sebab jika tertidur bisa gagal total.

- Sampai di sini ritual yang Anda jalankan selesai, tinggal menunggu waktu sholat Subuh tiba. Sekali lagi ingat, selama menunggu datangnya waktu sholat Subuh tidak boleh tertidur barang sekejappun sebab bisa gagal. Lalu, sesudah sholat Subuh bacalah solawat sebanyak-banyaknya hingga Anda benar-benar diliputi oleh rasa kantuk yang sangat hebat hingga Anda tertidur karenanya. Maka ketika Anda tertidur itulah khodam amalan ini akan datang dan bertanya, “Hai hamba Allah, apakah Anda menghendaki harta benda atau akhirat?” Maka jawablah, “Saya menghendaki harta benda, tetapi saya meminta pertolongan akhirat.” Maka khodam tersebut akan memberikan dua keping mata uang Dinar kepada Anda, dan berpesan kepada Anda agar setiap Jum’at melakukan ziarah kubur, mandi jinabat, dan membaca: “YA KARIIM YA ROHIIM”

“Setelah menjalani ritual tersebut dengan sempurna, Insya Allah setiap hari Anda akan mendapatkan uang sesuai yang Anda butuhkan, di bawah bantal yang Anda tiduri. Dengan catatan Anda harus merahasiakan keajaiban ini kepada siapapun. Bila Anda membuka rahasia ini, maka kiriman uang gaib tersebut akan terhenti dengan sendirinya,” urai Saipudin, mempertegas amalan ritual yang dibeberkannya.

Muhammad Syahri, salah seorang saksi yang pernah menjalankan ritual tersebut mengaku telah mengalami kegagalan dengan sebab yang sangat sepele. Ceritanya, sahabat dekat Saipudin ini melakukan ritual di rumah kontrakannya di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Gara-gara hal ini, si khodam penunggu wiridan marah, sebab katanya dia diundang bukan di tempat yang telah menjadi hak milik dari si pengundangnya, padahal pemilik tempat belum tentu meridhoinya. Yang dimaksud adalah rumah yang digunakan Syahri bukan milik pribadinya, dan pemilik rumah belum tentu merasa senang dengan perbuatannya.

“Khodam yang menjelma sebagai pria berjubah hijau itu malah menyuruh saya untuk mengulangi undangan atas dirinya, dan harus dilakukan di tempat yang sudah menjadi hak saya. Terus terang, saya kecewa. Tapi saya bangga dengan pengalaman langka ini,” aku Syahri saat dimintai kesaksiannya oleh Misteri.

Saipudin menambahkan, jangan gampang putus asa kalau ternyata setelah melakukan ritual tersebut ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Maksudnya, si pelaku ritual tidak menemukan uang di bawah bantalnya. “Sangat mungkin khodam itu memberikannya dengan cara lain. Misalkan saja memberikan kemujuran kepada Anda lewat proses kerja yang Anda lakukan. Istilahnya, mudah mendapat rejeki yang tidak disangka-sangka. Tapi semua ini tentu atas ridho Allah semata,” tandasnya.

Dengan menyimak uraian yang panjang lebar ini, masihkah kita harus meragukan bahwa yang namanya uang gaib, Bank Gaib, atau apapun istilahnya, hanya merupakan cerita isapan jempol semata? Akhirnya, terserah Anda menafsirkannya.

Jangko Joyo boyo ( Ramalan Jawa )

Prabu Jayabaya raja Kediri bertemu pendita dari Rum yang sangat sakti, Maulana Ali Samsuyen. Ia pandai meramal serta tahu akan hal yang belum terjadi. Jayabaya lalu berguru padanya, sang pendeta menerangkan berbagai ramalan yang tersebut dalam kitab Musaror dan menceritakan penanaman orang sebanyak 12.000 keluarga oleh utusan Sultan Galbah di Rum, orang itu lalu ditempatkan di pegunungan Kendeng, lalu bekerja membuka hutan tetapi banyak yang mati karena gangguan makhluk halus, jin dsb, itu pada th rum 437, lalu Sultan Rum memerintahkan lagi di Pulau Jawa dan kepulauan lainnya dgn mengambil orang dari India, Kandi, Siam.

Sejak penanaman orang-orang ini sampai hari kiamat kobro terhitung 210 tahun matahari lamanya atau 2163 tahun bulan, Sang pendeta mengatakan orang di Jawa yang berguru padanya tentang isi ramalan hanyalah Hajar Subroto di G. Padang.

Beberapa hari kemudian Jayabaya menulis ramalan Pulau Jawa sejak ditanami yang keduakalinya hingga kiamat, lamanya 2.100 th matahari. Ramalannya menjadi Tri-takali, yaitu :

I. Jaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waku itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia menjadi dewa dan dewa turun kebumi menjadi manusia.

II. Jaman pertengahan disebut KALI-YOGA, banyak perobahan pada bumi,bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yangsalah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).

III. Jaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Banyak hujan salah mangsa dan banyak kali dan bengawan bergeser, bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa.

Apakah ramalan Jayabaya benar-benar akan menjadi kenyataan?

Ramalan Jayabaya selengkapnya
00. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
01. Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
02. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berlayar di ruang angkasa.
03. Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan lubuk.
04. Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
05. Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat.
06. Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
07. Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
08. Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
09. Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
10. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman--- Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik
11. Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
12. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
13. Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
14. Ora ngendahake hukum Allah--- Tak peduli akan hukum Allah.
15. Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
16. Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
17. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
18. Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
19. Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
20. Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
21. Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
22. Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
23. Nantang bapa--- Menantang ayah.
24. Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
25. Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
26. Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
27. Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
28. Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
29. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
30. Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
31. Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
32. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru malu.
33. Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
34. Wegah nyambut gawe --- Malas menunaikan kerja.
35. Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
36. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
37. Wong bener thenger-thenger --- Si benar termangu-mangu.
38. Wong salah bungah --- Si salah gembira ria.
39. Wong apik ditampik-tampik--- Si baik ditolak ditampik.
40. Wong jahat munggah pangkat--- Si jahat naik pangkat.
41. Wong agung kasinggung--- Yang mulia dilecehkan
42. Wong ala kapuja--- Yang jahat dipuji-puji.
43. Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
44. Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang perwira/kejantanan
45. Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
46. Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
47. Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
48. Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
49. Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang tukar pasangan.
50. Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
51. Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
52. Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
53. Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
54. Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
55. Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
56. Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
57. Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
58. Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
59. Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
60. Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
61. Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
62. Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
63. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
64. Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
65. Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
66. Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
67. Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
68. Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Di mana-mana perempuan lacur
69. Akeh laknat--- Banyak kutukan
70. Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
71. Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
72. Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
73. Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
74. Guru disatru---Guru dimusuhi.
75. Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
76. Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
77. Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
78. Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
79. Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
80. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
81. Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
82. Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
83. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
84. Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
85. Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
86. Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
87. Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
88. Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
89. Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
90. Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
91. Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
92. Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
93. Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
94. Akeh barang haram---Banyak barang haram.
95. Akeh anak haram---Banyak anak haram.
96. Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
97. Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
98. Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
99. Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
100. Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
101. Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
102. Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
103. Sing kebat kliwat---Siapa tangkas lepas.
104. Sing telah sambat---Siapa terlanjur menggerutu.
105. Sing gedhe kesasar---Si besar tersasar.
106. Sing cilik kepleset---Si kecil terpeleset.
107. Sing anggak ketunggak---Si congkak terbentur.
108. Sing wedi mati---Si takut mati.
109. Sing nekat mbrekat---Si nekat mendapat berkat.
110. Sing jerih ketindhih---Si hati kecil tertindih
111. Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
112. Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
113. Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
114. Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
115. Wong tani ditaleni---Si tani diikat.
116. Wong dora ura-ura---Si bohong menyanyi-nyanyi
117. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
118. Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
119. Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
120. Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
121. Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
122. Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
123. Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
124. Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
125. Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
126. Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
127. Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
128. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
129. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
130. Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
131. Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
132. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
133. Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
134. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
135. Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
136. Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
137. Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
138. Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
139. Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
140. Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
141. Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
142. Akeh bandha musna ora karuan lungane---Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe Banyak harta hilang entah ke mana, Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
143. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
144. Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
145. Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
146. Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
147. Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
148. Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
149. Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
150. Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
151. Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
152. Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
153. Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.154. Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
155. Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
156. Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
157. Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
158. Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
159. Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
160. Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
161. Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi
162. Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci
163. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
164. Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
165. Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
166. Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
167. Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
168. Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
169. Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
170. Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
171. Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
172. Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
173. Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
174. Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
175. Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
176. Agama ditantang---Agama ditantang.
177. Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
178. Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
179. Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
180. Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
181. Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan
182. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
183. Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
184. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
185. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
186. Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
187. Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
188. Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
189. Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
190. Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
191. Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
192. Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
193. Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
194. Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
195. Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
196. Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
197. Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
198. Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
199. Buruh mangluh---Buruh menangis.
200. Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
201. Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
202. Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
203. Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
204. Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
205. Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
206. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
207. Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal separo.
208. Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
209. Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang pelit.
210. Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
211. Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
212. Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
213. Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
214. Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya jaman.